29 - ABANG

517 100 27
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

"Terima kasih, Kak Alva," ucap Gamma dengan senyum mengembang setelah mobil Alva berhenti di depan rumahnya.

Alva bergerak membuka sabuk pengaman Gamma dan mengacak rambut Gamma sekali lagi. "Sama-sama, Althea."

Gamma tentu saja mematung di tempat. Bahkan napasnya sempat terhenti saat tangan Alva sampai di puncak kepalanya. Jangan salahkan kalau Gamma pikir ia akan menjadi salah satu korban mati muda. Bercanda.

"Kak Alva, Gamma deg-degan kalau digituin," ungkap Gamma memelas nan kelewat jujur. Suaranya sengaja ia pelankan, tetapi tetap saja Alva bisa mendengar.

"Gini?" goda Alva kembali meletakkan telapak tangannya di atas kepala Gamma. Terbit sebuah senyum jahil dari bibirnya.

"Kan." Gamma memegang dadanya, bersiap melakukan PCR sendiri jika saja jantungnya berhenti berdetak.

Alva tertawa puas melihat wajah memelas Gamma. Sesuatu yang baru saja Gamma ketahui bahwa Alva bisa tertawa lebih dari sekadar basa-basi.

"Jangan gitu dong, gemes tau," goda Alva lagi melihat wajah Gamma yang berubah cemberut setelah ia tertawa.

"Apa sih!" ketus Gamma salah tingkah. Pipinya semakin mengembung membuat Alva semakin gemas melihatnya.

Tawa Alva mulai surut dan berganti dengan senyum sambil terus menatap Gamma yang masih cemberut. Tatapannya penuh dengan kekaguman. Gadis itu sangat polos, sederhana, dan selalu apa adanya. Tetapi, bisa berubah menjadi jauh lebih dewasa dan logis darinya saat menghadapi masalah. Sifat-sifat yang membuat Alva jatuh cinta pada Betha dulu. Apakah ini adalah kelemahan Alva karena selalu takluk dengan gadis yang memiliki sifat-sifat tersebut?

"Al," panggil Alva lembut membuat Gamma menoleh setelah detak jantungnya lumayan normal.

Gamma menatap Alva, menunggu Alva mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan.

"Terima kasih udah hadir di hidup gue," ucap Alva tulus. Sepertinya dia benar-benar tersihir oleh Gamma.

Gamma melebarkan matanya tak santai. Walaupun Alva sering berterima kasih padanya, tetap saja setiap ucapan terima kasih menjadi sangat berbeda untuk Gamma. Disamping Gamma memang menyukai Alva, dirinya tidak menyangka bisa menjadi salah satu orang yang menemukan sisi lain seorang ketua OSIS SMA Bangsa.

"Nggak mau jawab sama-sama?" tanya Alva setelah satu menit Gamma tetap bergeming.

Gamma menerbitkan senyumnya. "Sama-sama," ucapnya spontan.

Alva terkekeh pelan menanggapi. "Masuk sana, sebentar lagi jam tujuh malam," suruhnya mengingat Gamma adalah anak orang lain.

Gamma mengangguk menurut. "Sampai ketemu besok di sekolah. Gamma besok berangkat sama abang aja," pesan Gamma sebelum turun.

Alva mengangguk saja lalu tersenyum lagi. "Sampai ketemu besok," balasnya. Setelahnya Gamma benar-benar turun dan Alva segera melaju untuk pulang ke rumahnya.

****

"Bocil, kenapa baru pulang jam segini?"

Gamma berputar untuk menghadap ke sumber suara yang menyapa pendengarannya begitu pintu rumah berhasil ia tutup.

"Tumben banget nanya," jawab Gamma iseng. Memang nyatanya Delta tidak pernah bertanya apa-apa jika dirinya pulang di bawah jam delapan. Sekarang 'kan masih jam tujuh kurang lima menit.

ALVABETHWhere stories live. Discover now