8 - PASTI SUKA?

948 167 25
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

Gerbang rumah Betha terbuka. Disusul oleh langkah gontai seorang gadis memasukinya setelah mengucapkan terima kasih pada sang mantan yang telah mengantarnya pulang.

"Habis dari mana, Tha? Kok baru pulang?" tanya Mama Kintara yang baru selesai dengan kesibukannya di dapur.

Betha tersenyum lemah kemudian menggeleng, menghasilkan pertanyaan besar dalam batin sang mama.

"Lemes banget, Tha. Kenapa? Berantem lagi sama Alva?" tanya Mama Kintara langsung pada intinya.

Betha tersenyum lagi. "Udah putus sama Alva, Ma," jawabnya jujur.

Mama Kintara membelalakan matanya. "Loh kenapa?". Setahu Mama Kintara, hubungan mereka selama ini sangat jarang terkena masalah.

"Ada cara yang lebih baik untuk mencintai," jawab Betha seadanya kemudian beranjak ke kamarnya. Sedangkan Mama Kintara hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah putrinya.

"Besok kita makan malam sama rekan bisnisnya papa, Sayang," ujar Mama Kintara sebelum Betha benar-benar menghilang ditelan pintu kamarnya.

Di sini Betha sekarang. Terduduk di kamar yang selama ini ia penuhi dengan kenangannya bersama Alva. Tembok dekat tempat tidurnya masih tergantung balon hati dari Alva saat pertama kali mereka jadian. Di dekat meja belajarnya sengaja ia hiasi dengan foto-foto bersama Alva.

"Masih harus gue simpan nggak ya semua ini?" Pandangan Betha menyapu seluruh isi ruangan. Matanya mulai berkaca-kaca menatap satu per satu foto yang tergantung.

Betha bangkit dari duduknya kemudian memilih untuk membersihkan dirinya. Siapa tahu dengan begitu pikirannya bisa lebih jernih.

****

Hari ini hari Minggu, sesuai janji Betha akan ikut makan malam bersama teman bisnisnya Papa. Dress putih selutut, sneakers putih, dan tas selempang putih menjadi perpaduan yang Betha kenakan malam ini. Tak lupa rambutnya diikat untuk menambah kesan dewasa.

"Cantik sekali anak Papa," puji Papa saat Betha menginjak anak tangga terakhir.

Betha membalasnya dengan senyuman. Pujian itu sudah sangat biasa, selalu Papa Arsen lontarkan setiap hari.

Tempat makan malam yang dijanjikan tak begitu jauh. Sebuah restoran yang cukup mewah kini terpampang di hadapan Betha dan keluarganya. Papa Arsen menyebutkan sebuah nama kemudian mereka diarahkan oleh pelayan menuju meja di taman belakang restoran.

"Selamat malam, Ares," sapa Papa mantap lalu berjabat tangan dengan pria di hadapannya. Pakaiannya sangat menandakan kalau ia memang orang berada.

Bersama Om Ares ada seorang wanita dengan dandanan mewah disertai blouse berwarna merah maroon, seorang anak laki-laki bergaya casual seumuran Betha, dan anak perempuan dengan dress pink berumur lebih kecil dari Betha, mungkin beda setahun.

Tidak butuh waktu lama, makanan yang sudah direservasi sebelumnya telah siap disantap. Obrolan malam ini cukup ringan, diselingi beberapa candaan klasik.

"Hai," sapa anak lelaki tadi dengan berbisik-bisik agar tidak menginterupsi obrolan yang lain.

Betha menoleh tanpa menjawab. Sejujurnya sejak awal ia sedang tidak terlalu mood berada di sini. Dia bahkan tidak berniat mengamati wajah satu per satu orang yang hadir disana. Tapi, ia tidak diajarkan untuk berlaku tidak sopan dengan tidak menjawab sapaan anak dari teman bisnis papa.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang