24 - MENYERAH

610 116 26
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Sebelum mulai baca, mau tanya dong, kalian tim IPA atau tim IPS? >.<

Baiklah, Happy Reading!

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

"Terima kasih, Kak Alva sudah menemani Gamma makan malam," ucap Gamma ceria tepat setelah Alva menghentikan mobilnya di depan rumah Gamma.

Alva mengacak puncak kepala Gamma. Gadis ini terlalu menggemaskan untuknya.

"Gue yang harusnya bilang makasih, Al. Jangan pernah bosan jadi tempat curhat gue, ya," pintanya sungguh-sungguh.

Gamma tersenyum manis sekali lagi. "Siap, Kapten!" serunya memberi tanda hormat.

Alva tertawa gemas kemudian mengacak rambut Gamma lagi. "Lo lucu banget sih," celetuknya.

Gamma yang tadinya ikut tertawa mendadak berhenti dan menatap Alva dengan senyum malu-malunya. Gadis itu salah tingkah lagi.

Alva mengangkat satu alisnya dan menatap Gamma balik. Jika saja Gamma wanita normal, dia pasti akan teriak-teriak sekarang juga layaknya gadis-gadis lain!

Gamma hampir memutus kontak mata mereka lagi sebelum akhirnya ia menyadari sebuah luka di pelipis Alva. Warnanya biru samar-samar, tetapi masih cukup jelas di penglihatan Gamma.

"Kak Alva," panggilnya seraya menggerakkan tangan.

Alva mengangkat kedua alisnya, mempertanyakan apa yang akan Gamma katakan.

"Ini kenapa?" Gamma menyentuh lebam di pelipis Alva.

Lelaki itu sedikit meringis saat tangan Gamma mendarat di lukanya. "Nggak apa-apa kok. Kemarin gue jatuh dari motor waktu pulang dari sini," jawabnya setengah berbohong. Nyatanya, luka di pelipisnya adalah luka hasil pukulan. Anehnya, Alva tidak terlalu menaruh curiga pada Gamma soal Delta.

Gamma membelalakan matanya. "Serius? Kenapa nggak kabarin Gamma? Jatuh dimana? Apalagi yang luka? Udah diobatin?" tanya Gamma beruntun.

Bukannya menjawab, Alva malah terkekeh melihat ekspresi khawatir Gamma. "Cie khawatir," ejeknya tak tahu diri.

"Serius," mohon Gamma dengan nada manjanya.

"Nggak apa-apa, Al. Kemarin udah diobatin." Alva berhenti sejenak mengalihkan pandangannya dari Gamma. "Sama Betha," lirihnya menyelesaikan kalimat.

Gamma tersenyum pasrah. "Jadi habis dari rumah Gamma Kak Alva ke rumah Kak Betha?"

Alva mengangguk. "Tadinya nggak niat gitu. Tapi, lokasi jatuhnya dekat sama rumah Betha," lanjutnya jujur. Gadis itu mengangguk mengerti sebelum ia teringat sesuatu yang janggal.

"Kak Alva 'kan pakai helm, kenapa kepalanya bisa luka juga? Ini bukan luka jatuh juga kelihatannya," selidik Gamma. Ia mengulurkan tangannya untuk mengamati luka di pelipis Alva lagi.

Alva tersenyum. "Udah, lo nggak perlu khawatir." Tangannya bergerak menurunkan tangan Gamma yang baru akan menyetuh pelipisnya lagi.

ALVABETHWhere stories live. Discover now