69 - SUNSET DAN PELANGI

510 119 114
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Jangan marah ya digantungin soal Alva-Gamma-nya lama banget 😆✌

Selamat membaca! 💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

"Kalau gitu, putus aja, ya?"

Alva mengusap wajahnya kasar. "Al, serius?" Lelaki itu meraih tangan Gamma kemudian menggenggamnya erat.

Gamma menunduk lalu mengangguk samar. "Jangan mempertahankan sesuatu yang hanya membebani Kakak," ucap gadis itu lirih.

"Nggak," tolak Alva cepat. "Al, jangan gini."

"Gini gimana? Gamma sudah sangat berusaha, anggap aja ini usaha Gamma yang terakhir untuk membantu kebahagiaan Kak Alva."

"Gue nggak mau putus," tegas Alva menolak keputusan Gamma.

Gamma tersenyum getir. "Kenapa?"

"Gue sayang sama lo."

"Iya, Gamma juga."

"Apa?"

"Sayang sama diri Gamma sendiri."

Alva menatap Gamma lurus-lurus. Bingung harus bagaimana lagi sekarang. Gadis itu bahkan tidak membalas genggaman tangannya sejak tadi, tapi juga tidak ada tanda-tanda penolakkan. Entah kenapa ini rasanya lebih ketar-ketir daripada waktu Betha memutuskan hubungan mereka.

"Al," panggil Alva pelan.

"Apa?"

"Jangan putus," lirih Alva memohon.

"Kenapa?"

Alva menggeleng. "Nggak mau. Maafin gue. Maaf gue nggak mengerti perasaan lo. Maaf gue banyak menyakiti lo selama ini. Gue yang egois di sini dan gue nggak mau egois untuk kedua kalinya dengan mengiyakan permintaan lo untuk putus." Lelaki itu menyebutkan satu per satu kesalahan yang mendadak ia sadari.

"Kasih Gamma waktu deh," putus Gamma cepat. Dia tahu masalah ini tidak akan bisa selesai hari ini juga. "Kasih Gamma waktu untuk kembali mengumpulkan energi untuk memaklumi semuanya kayak dulu. Kayak waktu kita belum ada apa-apa."

****

Gamma mengembuskan napasnya kasar sambil tetap mengamati dirinya di cermin toilet sekolah saat memori itu kembali hinggap di otaknya. Jika saja Vivi tahu dirinya lama di dalam toilet karena memusingkan hal ini, pasti gadis itu mengomel sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Setelah mencuci tangannya, Gamma memilih keluar dari toilet dan melanjutkan untuk menikmati jam istirahat kedua yang sisa sepuluh menit.

"Aduh." Gamma baru saja menutup pintu toilet dan langkahnya terhenti ketika hampir saja menabrak seseorang di hadapannya. Gamma mendongak setelah memerhatikan dengan detil sosok itu dari ujung sepatu. Tidak asing, tapi terasa asing. Iya, Alva.

"Maaf," ucap Gamma pelan seraya melangkah mundur dengan napas yang mulai memburu dan detak jantung yang menjadi tak beraturan.

Tatapan lurus laki-laki di hadapan Gamma masih tidak berubah. Dia bahkan tidak bergerak kemanapun, membuat ruang gerak Gamma juga ikut terbatas.

Gamma menghela napas panjang sekali, memberanikan dirinya untuk bergerak terlebih dahulu. Kaki gadis itu melangkah melewati sosok lelaki yang tadi hampir ditabraknya, berusaha mengabaikan pertemuan mendadak ini.

ALVABETHWhere stories live. Discover now