30 - BUKU KIMIA

522 120 68
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Kangen Alva-Betha lagi ga? Semoga senang dan tidak dilema apalagi greget sama hari ini, hehehe >.<

Happy reading!

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

"Lo beneran nggak perlu dijemput?" Alva langsung menelepon Gamma saat membaca pesan yang gadis itu kirimkan kemarin malam.

"Iya, Kak Alva, nggak usah," jawab Gamma sekali lagi meyakinkan. Kenapa juga Alva meragukannya. Dia gadis yang mandiri kalau Alva lupa.

"Berangkat sama siapa?" Alva sekali lagi memastikan.

"Sama mama, Kak. Lagian Gamma bisa nyetir kalau Kak Alva lupa." Gadis itu mulai jengah dengan keraguan Alva di pagi hari seperti ini.

"Oh, kirain jadi sama Abang." Nada bicara Alva mendadak turun.

Gamma mengembuskan napasnya pelan. "Gamma tutup ya teleponnya. Sampai ketemu di sekolah," ujar Gamma cepat-cepat ingin menyudahi pembicaraan. Daripada dia ikut terbawa suasana sampai sehari penuh.

"Eh, Al," interupsi Alva dengan cepat sebelum Gamma menjauhkan ponselnya dan menekan tombol merah.

"Apa lagi?"

"Delta jadi berangkat sama Betha?" tanya Alva ragu.

Gamma mendadak terdiam. Dia menghela napasnya pelan sebelum menjawab dengan lirih. "Jadi. Abang udah berangkat dari tadi," jawabnya jujur.

Terdengar helaan napas panjang dari sambungan telepon. Keadaan menjadi sangat canggung setiap kali menyinggung Betha sekarang. Ditambah lagi, Alva sudah tahu bahwa Delta punya hubungan keluarga dengan Gamma.

"Ya udah. Sampai ketemu di sekolah." Sambungan telepon diputus oleh Alva sebelum Gamma sempat menjawab.

Dapat Gamma rasakan perubahan suara dan aura dari Alva saat menanyakan tentang Betha tadi. Gamma akui kalau dia menyukai Alva, tapi Gamma bisa apa? Alva masih ada dalam bayang-bayang masa lalunya.

"Siapa, Sayang?" tanya Mama Kania setelah Gamma menyimpan ponsel di pangkuannya. Mama Kania menangkap perubahan raut ceria pada wajah putrinya.

Gamma tersenyum simpul. "Kak Alva, Ma."

"Pacar kamu?" tanya Mama Kania tanpa basa-basi.

Gamma menggeleng lemah. "Kakak kelas."

"Kalau cuma kakak kelas, terus kenapa khawatir banget kalau kamu nggak berangkat sama dia?" tanya Mama Kania lagi. Kali ini lebih skiptis.

"Gamma emang bikin khawatir sih orangnya," jawab Gamma seenaknya, tetapi berhasil mencairkan suasana.

Mama Kania terkekeh mendengar jawaban putrinya. "Dia nggak suka sama kamu?" tanyanya ingin tahu lebih banyak.

Gamma tersenyum malu. "Gamma sih yang suka sama dia," lirihnya.

"Terus?" Mama Kania menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Kak Alva masih sayang sama mantan pacarnya."

Mama Kania sedikit terkejut mendengar pengakuan putrinya. Nada bicaranya terlalu tenang, bahkan sorot matanya tidak menunjukkan ada kecemasan dengan kisah cintanya yang bisa berujung tragis ini.

"Salah nggak kalau Gamma tetap suka Kak Alva?" Gamma menoleh, menatap mamanya yang fokus menyetir.

Mama Kania tersenyum. "Nggak ada yang salah dari memperjuangkan perasaan, Sayang. Perasaan itu akan jadi salah saat kamu nggak bisa kontrol sampai kamu lupa, kalau kamu masih harus menyayangi diri sendiri."

ALVABETHWhere stories live. Discover now