50 - PANIK

540 111 92
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Happy reading!

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

"Betha lagi bareng Alva nggak? Alva nggak pulang dari semalam dan ponselnya nggak aktif." Suara Bunda Nadia bergetar saat tertangkap oleh pendengaran Betha. Spontan mata gadis itu membelalak kaget. Ia menetralkan detak jantungnya yang mendadak cepat untuk beberapa saat untuk kembali bersikap tenang.

Betha mengembuskan napasnya sekali, menjernihkan pikirannya. "Betha nggak lagi sama Alva, Tante. Kalau boleh tahu, memang ada apa, Tante?"

Terdengar Bunda Nadia berdecak pelan. "Ada masalah di rumah, Tha. Bunda nggak bisa cerita sekarang," jawabnya pelan.

"Ya ampun, maaf, Tante, Betha nggak tahu," lirih Betha merasa bersalah.

"Nggak apa-apa, Sayang. Ya udah, Bunda tutup ya teleponnya," pamit Bunda Nadia.

Betha mengangguk samar. "Iya, Tante. Betha bantu cari Alva juga. Nanti kalau ada kabar, Betha langsung hubungi Tante."

Sambungan telepon terputus setelah Bunda Nadia mengucapkan terima kasih dengan lesu. Betha memejamkan matanya bersamaan dengan tubuhnya yang bersandar lesu ke sandaran kursi. Dia tidak pernah melihat Alva yang putus asa sampai lari dari masalahnya. Apakah yang kali ini terlalu berat? Masalah ini juga yang membuat Alva terdengar ketus dan dingin di telepon kemarin?

"Alva kenapa, Tha?" Delta memberanikan diri bertanya.

Betha membuka kembali matanya, menatap Delta dengan tatapan khawatir. "Alva nggak pulang dari semalam. Katanya ada masalah di rumah dan sampai sekarang nggak bisa dihubungi," jujur Betha.

Delta mengerutkan dahinya. Alva yang selama ini kharismatik dan berjiwa pemimpin, dikagumi banyak orang, dan selalu bersikap tenang pergi dari rumah karena masalah keluarga? Rupanya ada sisi lain dari lelaki itu yang tidak ia ketahui. Mungkinkah ini yang membuat Betha kesulitan melepaskan Alva dan juga sebaliknya?

"Cari Alva kemana, ya, Ta?" tanya Betha lirih.

Delta mendongak kembali menatap Betha. "Mungkin coba hubungi Gamma? Siapa tahu lagi bareng Si Bocil."

Betha mengangguk dan langsung menelepon Gamma. Nada hubung terdengar cukup lama sampai akhirnya Gamma mengangkat telepon. Betha menyalakan pengeras suara agar Delta bisa mendengar percakapannya dengan Gamma. Lebih tepatnya, agar Betha tidak perlu menjelaskan isi percakapannya dengan Gamma lagi nanti.

"Hai, Gamma. Maaf gue ganggu, lo lagi bareng Alva nggak?"

"Nggak kak. Padahal kemarin Gamma janjian mau pergi sama Kak Alva. Katanya, setelah urusan di sekolah selesai bakal dijemput, tapi sampai sekarang nggak ada."

Sebuah batu seolah menghantam dada Betha. Jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Dimana Alva sekarang? Dia tidak pernah sampai membuat semua orang khawatir seperti ini.

"Ada apa, Kak?" tanya Gamma tak mengerti. Betha tiba-tiba diam untuk beberapa saat.

"Eh." Betha gelagapan tersadar dari lamunannya. "Apa tadi? Urusan di sekolah? Urusan apa?"

"Urusan OSIS. Katanya pagi ini mau ambil laporan ke rumah Kak Betha dulu, terus ke sekolah buat beresin semuanya."

Betha lagi-lagi terdiam. Alva tidak sekalipun ke rumahnya. Bahkan kemarin Leo yang menghubunginya untuk menyelesaikan laporan ke sekolah hari ini. Saat di telepon kemarin, Alva juga hanya menyuruhnya bertanggung jawab. Masalah apa yang sebenarnya terjadi?

ALVABETHWhere stories live. Discover now