72 - KEMBALI

575 118 116
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

aafkann malem bangeettt yaaa mantemann! 😭😭

Part hari ini baper kok, percaya deh!

Selamat membaca! 💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

"Nggak mau merayakan hari Valentine sama pacar?"

Perkataan Alva menggantung di udara selama dua menit. Gamma hanya mematung di tempatnya, menatap lelaki di hadapannya dengan lekat dan penuh ketidakpercayaan.

"Al," panggil Alva karena tak kunjung ada jawaban dari Gamma.

Gadis itu masih saja bergeming dengan tatapan yang sama.

"Lo masih pacar gue," lanjut Alva tegas.

Gamma mengembuskan napasnya kemudian memutar pergelangan tangannya agar terbebas dari cekalan Alva. Gadis itu berjalan menjauh, tapi bukan ke arah pintu keluar.

Alva masih berdiam di tempatnya setelah Gamma menjauh beberapa langkah. Dia sudah memprediksi bahwa membujuk gadis itu akan sangat sulit. Berarti, setelah ini usahanya harus lebih besar lagi.

Gamma menghentikan langkahnya lalu sedikit menengok ke belakang karena tidak ada pergerakan dari Alva. "Jadi merayakan Valentine bareng pacar nggak?" serunya.

Mata Alva spontan membelalak tak percaya diiringi senyum senangnya. Dia melangkah cepat menuju gadis itu lalu mendorong kedua pundaknya pelan untuk menggiring gadis itu. "Oke, ayo merayakan Valentine pertama kita sebagai pacar, Althea."

****

Sudah dua puluh menit sejak Alva dan Gamma duduk di salah satu meja yang menghadap langsung ke balkon. Kini keduanya sedang menyantap pasta di piring masing-masing. Suasana masih canggung, tapi senyum Alva tidak berhenti mengembang sejak tadi, terlebih saat dia menatap gadis di hadapannya.

"Al." Panggilan dari Alva membuat Gamma mendongak menatapnya.

"Hm?"

"Lo lebih suka kalo gue ngomongnya aku-kamu nggak?"

"Memangnya bisa?" tanya Gamma dengan nada meremehkan paling ragu-ragu yang pernah Alva dengar.

"Kalau itu membuat lo lebih senang, kita coba saja."

Gamma mengangkat kedua bahunya. "Gamma nggak masalah sih pakai lo-gue juga."

"Jadi?"

"Kalau Kak Alva nggak nyaman dan malah membuat memori Kak Alva terasosiasikan dengan hal lain ... nggak perlu, Kak." Gamma mengembuskan napasnya pasrah lalu tersenyum tipis. "Gamma nggak pintar menuntut kalau Kakak lupa. Gamma nyaman dan sayang Kak Alva apa adanya."

Alva masih menatap Gamma, bahkan setelah gadis itu kembali sibuk dengan pastanya. Kalimat gadis itu berbeda sekarang. Meskipun kata "sayang" tertera jelas di sana, tetap saja rasanya dingin dan tajam.

Alva menyuap pastanya sekali kemudian mengunyahnya sambil mengamati Gamma dalam diam. Malam ini gadis itu menggunakan sedikit polesan make up, tidak seperti biasanya. Bibirnya lebih merah karena pengaruh liptint dan pipinya sedikit merah muda.

"Al," panggil Alva lagi.

"Ya?"

Bahkan saat suasana hatinya sedang tidak baik jika bertemu Alva, gadis itu masih menanggapi panggilan Alva dengan lembut.

ALVABETHWhere stories live. Discover now