18 - KONTROVERSI HATI

561 138 8
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

Sesuai janji, Alva dan Betha akan bertemu untuk membahas kelanjutan acara pesta rakyat yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

"Dor!" Alva menggebrak meja Betha. Betha spontan terperanjat karena tubuhnya masih menghadap ke belakang. Jadi, tidak tahu Alva datang.

"Astaga, Alva," kesal Betha sambil memutar bola matanya malas.

Alva terkekeh senang. "Kaget, ya?" tanyanya polos.

"Nggak."

"Ih, kok marah," ejeknya kemudian duduk di atas meja Betha yang sudah kosong.

"Jangan duduk di meja dong, Ketua OSIS-ku," ujar Betha menahan dirinya agar tidak ikut-ikutan memanggil sayang. Tangannya mendorong Alva pelan agar turun dari mejanya.

"Gue duluan ya, Tha. Permisi, Al," ujar Tarissa setelah selesai membereskan semua bukunya. Ia sedikit menyingkirkan tubuh Alva yang menghalangi jalannya.

Betha mengangguk. "Hati-hati, Tar. Nanti malam gue telepon ya buat tugas Kimia."

Tarissa mengangguk kemudian mengalihkan pandangannya pada Alva. "Jangan macam-macam lo sama sahabat gue!"

Alva terkekeh. "Berisik lo, Tar. Mana mungkin gue macam-macam. Gue 'kan sayang Betha," jawabnya enteng.

"Dih." Betha memutar bola matanya lagi. Tarissa hanya geleng-geleng melihat tingkah laku kedua temannya lalu meninggalkan kelas setelah melambaikan tangannya pada Betha.

Betha mengalihkan fokus mereka akan kembali benar. "Mau rapat dimana nih?"

Alva berpikir sejenak sampai akhirnya mendapatkan ide cemerlang. "Di rumah aku aja gimana?"

Betha mengernyitkan dahinya kemudian tertawa kecil. "Terserah deh," jawabnya.

Alva mengangguk kemudian mengambil tas Betha yang masih terletak di meja sebelum akhirnya keluar kelas mendahului Betha. Jadilah mereka kejar-kejaran bak anak kecil.

Alva terus mempercepat langkahnya menyusuri lorong agar Betha kesulitan mengejarnya. Mantan yang kejam. Akhirnya, langkah Alva terhenti juga. Bukan karena Betha berhasil menangkapnya, tetapi karena Gamma baru saja keluar kelas bersama Vivi.

"Gamma!" panggilnya membuat sang pemilik nama spontan menoleh.

Vivi menyenggol lengan Gamma. "Cie sekarang your prince is not an imagination anymore," godanya.

Pipi Gamma spontan memerah. "Apaan sih lo!" elaknya malu-malu.

Alva mendekati Gamma yang tampak tak kunjung menjawab panggilannya. "Besok Sabtu kosong nggak?" tanya Alva setelah sampai di hadapan Gamma.

"Eh?" sahut Gamma gugup. Mendadak jantungnya berdetak cepat setelah melihat Alva yang kini semakin sering dekat dengan dirinya.

"Kosong, kok," jawab Vivi sok tahu.

"Eh apaan sih, Vi," tepis Gamma mencubit lengan Vivi, membuat gadis campuran Indo-Australia itu meringis. "Aku ada kerja kelompok, Kak. Kenapa?" jawabnya jujur bersamaan dengan Betha yang akhirnya berhasil menyusul Alva. Gadis itu hanya bisa menyimak percakapan keduanya.

"Gue mau ajak lo keluar tadinya. Tapi, kalau nggak bisa nggak apa-apa, lain kali aja," jawab Alva santai. Gelagatnya terlihat sangat tenang, padahal Betha ada di sampingnya.

ALVABETHWhere stories live. Discover now