Pt.18|The Reason

615 47 0
                                    

-Maaf kalo ada yang typo dan alurnya kurang pas... Gak sempet edit langsung cuss publish hehehehe-


Happy Reading

•••

Hazel terbangun menatap bingung ruangan disekitarnya dan menatap pakaiannya yang sudah berganti dengan kaus hitam. .ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Hal terakhir yang diingatnya adalah ia bertemu dengan Dave semalam,,tapi wanita itu hanya menganggapnya mimpi. Tidak mungkin bukan,pria yang beberapa hari ini ia pikirkan tiba-tiba ada dikota ini dan bertemu dengannya. Ia tidak bisa membayangkan betapa memalukannya itu. . tak lama kemudian,Hazel mendengar suara samar-samar pria dari luar kamar. Perlahan ia beranjak dari ranjang menuju kesumber suara itu. Terdengar seperti seseorang tengah berbicara.

Tubuh Hazel mematung memandangi punggung pria yang membelakanginya. .pria itu tengah menelpon dengan seseorang. Hazel memfokuskan pandangannya.
'Wait,aku sepertinya mengenali pria itu..' batinnya.

"Dave?" panggil Hazel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dave?" panggil Hazel.

Pria itu langsung menoleh pada Hazel.
"Hey,Kau sudah bangun?" tanyanya santai. Seraya memberi isyarat tunggu pada Hazel dengan jarinya. Sedangkan Hazel terdiam ditempatnya memandangi sosok pria yang tidak lain adalah Dave...yang entah kenapa hari ini ia telihat tampan. Pria itu bahkan belum mengancingkan kemeja yang dikenakannya saat menatap dirinya tadi.

"Uhmm.. Mr. Ahmad bagaimana kita bicarakan lagi nanti sore? . .aku akan mengabarimu . . . . .alright,thank you" Dave mematikan panggilannya lalu mulai mengancingkan kemejanya.

"Apa yang terjadi semalam?bagaimana bisa----" belum selesai berbicara,Hazel terfokuskan pada Dave yang perlahan berjalan mendekatinya. . jantungnya kian berdebar saat itu.

"Kita sarapan dulu setelah itu aku akan mengatakannya padamu . ." bisik Dave tepat ditelinga Hazel,membuat wanita itu menelan kuat-kuat salivanya. Ia pun langsung mengangguk.

Keduanya makan bersama diruang tengah yang dikeliling pemandangan gedung-gedung tinggi dikota Brooklyn. Hazel mengedarkan pandangannya. Menatap betapa mewahnya hotel yang dipesan Dave saat ini, padahal pria itu hanya akan tinggal sendirian. .

"Jangan pernah pergi lagi ke club malam,Hazel . . " ucap Dave tiba-tiba.

"Sorry?!....aku rasa itu bukan urusanmu Dave" tegasnya.

Pria itu menyeruput espresso miliknya.
"Sekarang menjadi urusanku Ms. Burkins. . aku datang ke kota ini untuk urusan bisnis,dan semalam aku menemui temanku diclub malam dimana aku menemukanmu..."

"Hey,Mr. Clarke kau itu bukan siapa-siapaku . .jangan mengatur hidupku seolah kau itu kekasihku" sela Hazel.

Dave tak menggubris ucapan Hazel dan hanya tersenyum menatap wanita itu.

A Perfect PictureWhere stories live. Discover now