Pt. 21|A Feeling

544 46 2
                                    

Happy Reading

😊🤓🤓😊

Times Square
Manhattan,NYC.

Wanita itu terus memandang keluar jendela,ia tampak tidak fokus dan pikirannya seolah tak henti memikirkan kejadian tadi pagi---tentanf pria aneh bernama Jonah yang tidak dikenalnya itu, dan mungkin saat ini dia menjadi ancaman terbarunya setelah ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wanita itu terus memandang keluar jendela,ia tampak tidak fokus dan pikirannya seolah tak henti memikirkan kejadian tadi pagi---tentanf pria aneh bernama Jonah yang tidak dikenalnya itu, dan mungkin saat ini dia menjadi ancaman terbarunya setelah Scott. Hazel benar-benar bingung,haruskah ia mengatakan semua ini pada Dave agar pria itu bisa membantunya. Suara klakson yang dibuat oleh Dave membuat Hazel tersadar dari lamunan sesaatnya itu. Ia menoleh pada Dave yang tengah kesal karena perjalanan mereka terhambat kemacetan di tengah Times Square,New York.

"Dammit!! ..." kesal Dave sendiri seraya melihat jam dipergelengannya.

"Aku lapar Dave,,bagaimana kalau kita makan siang dulu" ucap Hazel seolah mengalihkan kekesalan pria disampingnya itu pada jalanan yang tengah macet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku lapar Dave,,bagaimana kalau kita makan siang dulu" ucap Hazel seolah mengalihkan kekesalan pria disampingnya itu pada jalanan yang tengah macet. Dan Dave pun menoleh.

"Alright. . " singkatnya. Hazel tersenyum kecil walau hanya mendengar betapa singkatnya pria itu merespon ucapannya.

Tak lama kemudian,mobil BMW yang dikemudikan Dave berhenti dan terparkir di pinggir jalan. . . lalu lalang para pejalan kaki dan turis di sekitaran Times Square cukup membuat Hazel tidak heran lagi dengan kota ini,kota yang tidak pernah tidur dan selalu ramai dengan segala macam kegiatan. . keduanya pun berjalan bersamaan mencari restoran.

"Jangan jauh-jauh dariku Hazel. ." ucap Dave datar tanpa menatap Hazel sedikitpun.

"Yes,sir. . uhmm Dave,aku mau bertanya,kenapa kau memilih pindah rumah begitu cepat? " Hazel sesekali menatap Dave,hingga tak lama kemudian keduanya berhenti tepat di lampu merah.

Dave menatap Hazel santai.
"Karena aku menginginkannya. . " pria itu tersenyum pada wanita disampingnya, lalu menarik pelan pinggangnya agar ikut berjalan bersama saat lampu sudah menunjukan tanda hijau untuk pejalan kaki.

Setelah beberapa menit kemudian,keduanya masuk kesebuah restoran yang terbilang sederhana namun cukup ramai pengunjung. Setelah duduk dan memesan makanan,Hazel memulai kembali percakapannya dengan Dave.

A Perfect PictureWhere stories live. Discover now