Pt. 20| A Threat

596 43 0
                                    

Hazel POV

Aku mulai terbangun dari tidurku saat aku menyadari lengan seseorang melingkar dipinggangku. . aku mengubah posisi tidurku dan menoleh pada pria yang masih tertidur pulas disampingku. Aku menempatkan punggung tanganku diatas keningnya untuk memastikan demamnya sudah turun...dan yeah,Dave sudah tidak lagi demam. Aku terus mengamati wajah Dave,mencoba mengingat akan sesuatu. . wajahnya tampak tidak asing bagiku.

Perlahan aku menyingkirkan lengan kekar Dave dari perutku dan beranjak dari ranjang dengan sangat pelan agar pria itu tidak terbangun.

Setelah membasuh wajah,aku berjalan menuju dapur seraya mengikat rambutku asal...membuka lemari pendingin dan meraih sebotol besar freshmilk dari sana. Aku mulai membuat sarapan seraya menonton tv. Sesekali aku tersenyum saat mengingat kejadian malam tadi. .entah bagaimana bisa tercetus ide untuk memeluk Dave saat tidur. . dan yeah kami tidur bersama,tapi dalam artian tidur yang sebenarnya. Aku pernah melakukan hal serupa saat awal-awal bersama dengan Scott,tapi itu dulu sekali. Dan kini rasanya jantungku kembali berdebar mengingat kalau aku dan Dave tidur diranjang yang sama....pipiku saat ini mungkin mulai merona.

Well,aku harus tetap bersikap biasa pada pria itu nanti. Setelah selesai membuat dua porsi sarapan,aku duduk santai diatas sofa. Tapi tiba-tiba aku teringat dengan sesuatu..surat yang kemarin aku temukan itu belum sempat aku baca. Aku bangkit dari duduk dan meraih tasku yang tergantung didekat pintu.

Aku kembali duduk disofa dan mulai membuka surat misterius itu.

Temui aku di Coffee House,tiga menit dari apartmentmu. Pastikan kau sendirian dan tidak mengatakan apa-apa pada pria yang saat ini tinggal bersamamu.

J~

Siapa itu J?dan bagaimana ia tahu aku tinggal dengan seorang pria saat ini...aku terus memutar otakku,mengingat siapapun yang pernah kukenal bernama J selain....Jimmy? Tidak,aku yakin ini bukan dari Jimmy,, setelah berpikir beberapa menit,aku memutuskan untuk bersiap-siap ketempat yang dimaksud. Hal ini benar-benar membuatku sangat penasaran sekali.

Sejam kemudian,aku memastikan Dave yang ternyata masih tertidur pulas diatas ranjang. Lalu menutup pelan pintu kamar dan berjalan keluar dari apartment. Saat berada dibelakang pintu aku mencoba mengatur nafasku sebaik mungkin dan berfikir postif . Dan aku merogoh isi tasku untuk memastikan pepper sprayku tersimpan baik disana. .tidak ada salahnya bukan untuk berjaga-jaga.

20 menit kemudian....

Mataku tak hentinya mengamati sekitaran cafe yang tidak terlalu ramai. 'Dimana si J itu?' batinku. Hingga tak lama kemudian seorang pria dengan topi baseball bertuliskan NY dan memakai kacamata hitam itu,masuk kedalam toko dan berjalan kearahku. Aku tidak lupa menaruh tas dipangkuanku saat kulihat pria itu semakin mendekat. Namun aku tetap menampakan wajah datar dan santai.

"Who are you?" tanyaku langsung saat pria itu tiba-tiba duduk didepanku.

Pria itu menyuguhkan senyumannya padaku.
"Tenang Ms. Burkins,aku belum memesan minumanku..hold on a second,okay" pria itu beranjak dari kursi untuk memesan minuman.

Setelah kembali dengan membawa minumannya. . . Dengan santainya pria itu kembali tersenyum seraya menatapku.
"Panggil saja aku Jonah atau Jo . maaf sudah membuatmu datang sepagi ini nona.."

"Berhentilah membuang waktuku tuan,katakan apa yang kau mau dariku?" ketusku. Aku tidak suka saat orang asing mencoba akrab denganku.

"Baiklah,,bantu aku bertemu dengan anak itu..." ucapnya. Aku menaikan sebelah alisku saat mendengar ucapannya barusan.

A Perfect PictureWhere stories live. Discover now