pembegalan

185K 27.2K 1.5K
                                    

Meski terbilang tomboy dan aut autan Helena dikehidupan sebelumnya sangat mengerti tentang perawatan kulit. Dikamarnya bahkan banyak sekali produk perawatan kulit. Derrel dan Axell saja tak menyangka jika cewek macam dirinya memiliki banyak sekali produk perawatan. Tapi meskipun begitu ia sama sekali tak bisa memakai make-up jangankan merias wajahnya, memakai alis saja seperti ulat bulu. Setelah itu Helana menjadi trauma memakai make up karena merasa wajahnya mendadak aneh.

Helena memilih berbagai macam produk mulai dari pencuci muka sampai dengan masker berbagai jenis. Sebelumnya ia sudah lebih dulu mengetahui jenis kulit wajahnya sekarang. Kusamm dan berminyak. Jadi ia memilik produk yang memang sering ia pakai dikehidupannya yang dulu saat kulitnya dalam kondisi yang sama. Untung saja, wajahnya yang sekarang, tidak memiliki permasalahan kulit yang begitu rumit. Jadi Helena tidak terlalu pusing memikirkannya. Selain produk perawatan kulit, Ia juga membeli liptint dan lipbalm karena meskipun tak bisa make up ia adalah penggemar alat yang satu itu.

Setelah urusan wajah sudah selesai, ia pergi ketoko baju dan sepatu untuk membeli beberapa setel baju. Karena uangnya terbatas ia hanya mampu membeli beberapa setel saja.

Semuanya sudah cukup, ia juga sudah membeli kebutuhan bulananya. Sambil berjalan Helena mulai mengecek satu persatu belanjaannnya takut takut ada barang yang tertinggal.

"Sepatu udah, baju udah, tas udah, kayanya udah semua deh."  Helena melihat belanjaannya sambil berjalan, karena tidak fokus Helena tidak menyadari ada seseorang yang berjalan dari arah yang berlawanan.

Bughh.

Mereka saling bertabrakan sampai Helena hampir saja terjengkang jika saja ia tidak mampu menahan tubuhnya sendiri.

"Lo bisa jalan gak si?!! Kalo gak bisa gak usah jalan!!"

Helena mengernyitkan dahinya tidak suka, suara cowok ini sangat tidak enak untuk didengar. Ia mendongkak, seperkian detik ia dapat melihat orang didepannya tertegun. Helena memperhatikan cowok ini dengan lekat, ia seperti pernah melihat cowok ini tapi tak tau dimana?

"Oh cewek gak tau diri, pantes gak bisa jalan."

Helena semakin mengernyitkan dahinya, siapa si cowok ini? Sok kenal banget. Helena tersenyum, senyum dipaksakan lebih tepatnya.

"Kita kenal? Kayanya gak deh." Helena menjeda ucapannya sebentar dan merubah rautnya menjadi datar.

"Jadi berhenti sok kenal sama orang asing ." Lanjutnya sebelum berlalu meninggalkan cowok itu yang tertegun.

Yang Helena tidak sadar cowok itu adalah Gibran kakak tertua pemilik tubuhn yang ia tempati.

***

Helena berjalan dengan riang menyusuri jalanan yang masih ramai. Ditangan kanan dan kirinya terdapat banyak belanjaan. Ia memilih jalan kaki untuk menghemat ongkos sekaligus berolahraga. Tubuh ini terlalu kaku, jadi Helena harus melatihnya kembali.

Helena bahkan sudah melupakan kejadian dimall tadi karena menurutnya itu tidak berguna. Lebih baik ia segera pulang dan merawat wajahnya agar menjadi cantik seperti Helena Gain dulu.

"Tolong..... Tolongg....."

Helena terdiam ketika mendengar suara teriakan yang cukup keras. Karena penasaran  ia memilih mendekat untuk memastikan suara itu benar manusia atau setan yang usil sedang main drama. Dari tempatnya ia dapat melihat dua orang preman yang tengah saling tarik menarik tas dengan seorang gadis seumurannya. Bukannya langsung menolong Helena justru bersandar ditiang listrik.

"Sungguh romantis." Gumamnya menatap berbinar kearah tiga orang yang menurut Helena justru seperti adegan satu wanita yang diperebutkan dua orang pria.

"Tolonggg.... Tolonggg...."

Helena berdecak ketika lagi lagi gadis itu berteriak, karena adegannya sudah membosankan Helenapun bertindak.
"Oyyy pak tuaa."

Ketiganya menoleh, Helena masih santai bersandar dengan kedua tangan yang penuh belanjaan.

"Oyy cewek."

Cewek itu menunjuk dirinya dengan kebingungan. Helena mengangguk ia berjalan menghampiri cewek itu.

"Lo jagain noh belanjaan gue awas aja kalo lecet."

Gadis itu mengerjap ia mengangguk dan berlari kearah yang ditunjuk oleh Helena.

Sedangkan Helena menatap dua preman yang  masih terdiam bak orang bodoh. Helena jadi ingin tertawa. Padahal tas sudah berada dilengan mereka, bukannya lari mereka malah terbengong seperti itu.

"Pak tua apa kalian akan diem aja kaya orang begk?"

Kedua preman itu mengerjap kebingungan,

"hah?"

"Ckk apa kalian gak akan lari?"

Dua preman itu menepuk jidatnya, mereka saling lirik dan akhirnya berlari.

Helena menyeringai, tidak semudah itu perguso.

Helena melempar batu seukuran telapak tangan orang dewasa hingga mengenai kepala salah satu preman yang berkepala botak. Si botak itu berbalik dan menatapnya tajam.

"Upss maaf tangan gue licin hihi."

Mereka berdua balik lagi dan itu membuat Helena senang, ia akan meregangkan otot otonya malam ini.

Mereka menyerang secara bersamaan selama itu pula Helena hanya menghindar sampai ketika mereka mulai lengah. helena menendang salah satu dari mereka yang berambut gondrong dengan kencang hingga membuatnya terjungkal. Sibotak yang melihat temannya terluka tidak terima ia dengan cepat melayangkan tinju yang langsung ditangkap dan dipelintir kebelakang oleh Helena. Helena semakin menekuk tangan itu hingga bersuara seperti patahan tulang.

Krekk

Tangan sibotak patah, si botak meringis dan memberontak meminta dilepaskan. Helena melepaskannya dan melemparnya keaspal.

Ternyata mereka tidak menyerah sigondorng yang sempat terjungkal tadi mulai kembali beraksi. Sekarang dia menggunakan sebuah pisau lipat yang entah berasal dari mana.

Helena menyeringai, ia terus menghindar ketika sigondorng menusukan pisuanya secara asal tanpa ilmu sama sekali. Wajahnya juga sudah ketakutan. Jadi dengan mudah Helena bisa merebut pisau itu dari tangan sigondrong dan ikut mematahkannya.

"Ampunnn nona ampun."

Helena melotot tajam "siniin tasnya!!"

Dengan ketakutan mereka memberikan tas berwarna merah itu ketangan Helena.

"Kalo sampai gue lihat kalian ngerampok lagi, gue patahin leher kalian. Kalo mau ngerampok, ngerampok sama orang orang tidak tau diri bukan sama orang lemah kaya dia." Ujar Helena kesal sembari menunjuk gadis yang masih terdiam sambil memeluk belanjaan Helena.

Kedua preman itu reflek memeggang leher mereka secara bersamaan mereka mengangguk dengan cepat "kami gak akan merampok orang lemah lagi nona."

Helena tersenyum lebar itu justru terlihat menyeramkan bagi kedua preman "pergilah."

Kedua preman itu pun berlari terbirit-birit tanpa menoleh lagi.

Helena pun berbalik dan menghampiri gadis yang berdiri disamping tiang listrik.

"Lo gak papa?" Tanya Helen memastikan.

Gadis itu terdiam.

"helen."gumamnya yang masih bisa didengan oleh Helena.

Helena mengernyit "lo kenal gue?"

Cewek itu menatap Helen tak paham "lo gak inget gue?" Tanyanya dengan raut wajah heran.

"Apa kita saling kenal?"

Helena sebenarnya seperti  familiar dengan cewek ini tapi ia lupa.

"Gu-gue Septi, orang yang sering nge- bully lo."

Dan setelah itu raut wajah Helena pun berubah menjadi datar. Sekarang ia ingat, gadis ini adalah Septi, salah satu gadis kaya yang selalu membully sipemilik tubuh hampir setiap hari.

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now