Tamu tak diundang

121K 19.3K 2.8K
                                    

Selamat datang, upil Batman. Canda upil😀

Eh.

Ngomong-ngomong Batman emang suka ngupil?

***

Motor Galen berhenti didepan sebuah rumah kontrakan kecil milik Helena. Helena membuka helmnya lalu turun dari atas motor diikuti oleh Galen yang melakukan hal yang sama.

"Lo tinggal disini"tanya Galen matanya memandang dari sudut satu kesudut yang lain pelataran rumah Helena. Helena mengangguk membenarkan.

"Lo gak mau tinggal dirumah gue aja, Alan pasti seneng banget kalo kakaknya masih hidup."

Helena tersenyum, ia merindukan adiknya. Entah bagaimana keadaannya sekarang.

"Gue gak bisa Gal, lo taukan kondisi gue sekarnag gimana." Balas Helena.

Helena memang sudah menceritakan semua yang ia alami kepada Galen saat diperjalanan tadi, termasuk kondisi pemilik tubuhnya. Tentang bagaimana sang pemilik tubuh yang dibenci keluarganya hingga masalah yang dialaminya sekarang.

"Kenapa gak lo biarin aja si, itu kan bukan urusan lo." Ucap Galen mendengus kesal.

Helena membenarkan sebenarnya ia juga ingin seperti itu, tapi janjinya pada Helen tidak bisa ia ingkari begitu saja.

"Gue gak bisa Gal."

Galen mengangguk "apapun keputusan lo gue bakal dukung. Asal lo bisa jaga diri lo baik baik Len. Gue hampir gila pas liat lo dikubur didepan mata gue sendiri."

Helena terkekeh ia sudah menebaknya.

Hubungan Helena dan Galen memang sedekat itu, terbiasa hidup bersama menghadapi susah senang bersama-sama sejak kecil menjadikan hubungan mereka begitu dekat layaknya saudara kandung.

"ngomong-ngomong lo dari mana tau kalo gue itu Lena, muka gue yang sekarang sama muka gue yang dulu aja beda banget?" Tanya Helena penasaran.

Galen melayangkan jitakan keras didahi Helena

"lo sama gue udah kenal sepuluh tahun, Cara lo ngedip aja gue apal."

Helena mendengus, mengelus kepalanya yang dijitak Galen dengan keras.

"Gak usah jitak juga kali," ketusnya.

Galen terkekeh "ngobrol sama lo yang sekarang berasa lagi mengheningkan cipta." Kata Galen jujur, Helena melotot.

"Heh penghinaan," ujar Helena Kesal.

Galen hanya tertawa, Helena mendengus "pergi sono lo," ketus Helena memalingkan wajahnya kesal.

"Ngusir?" Tanya Galen yang langsung diangguki dengan cepat oleh Helena. "Sono pergi, kesel gue sama lo." Katanya ketus.

"Iya iya gue pulang, sono masuk." Titah Galen sebelum akhirnya ia naik kembali keatas motornya. Helena hanya diam memperhatikan dari teras.

"Len," panggil Galen, Helena mengangkat alisnya.

"Lo gak mau temuin Alan?"

Helena terdiam "nanti gue pasti temuin dia, tapi gak sekarang."

Galen mengangguk "cepet temuin dia, dia sedih banget semenjak tau lo meninggal. Alan udah dua kali coba bunuh diri."

Helena tersentak, apa kondisi adiknya  memang separah itu. "Bunuh diri?"

Galen mengangguk "untung gue selalu berhasil gagalin dia, gue takut justru saat gue lengah dia malah coba bunuh diri lagi." Jelas Galen.

Helena merasa sedih dalam hatinya, ia tak ingin adiknya merasa putus asa seperti itu. "Makasih ya Gal udah jagain Allan."

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now