A fact

124K 18.9K 2K
                                    

****

Dikoridor yang nampak lenggang terlihat sepasang suami istri yang tengah berdebat, tak ada murid yang menonton karena semua murid saat ini tengah berada dikelas untuk menghadiri kelas mereka.

"Kamu gak seharusnya nampar Helen kaya gitu mas," kata sang istri sebut saja Dania, Dania terlihat menunduk merasa bersalah.

Andreas, suami Dania menghela nafasnya "Sudahlah sayang, dia memang pantas mendapatkan itu," katanya berusaha menenangkan istrinya yang merasa bersalah.

Bukannya tenang Dania justru semakin merasa gelisah, kata kata yang ia dengar sebelumnya terngiang-ngiang dipikirannya.

"Tapi dia anak kita," gumamnya yang langsung dicela dengan keras oleh Andreas.

"DIA BUKAN ANAK KITA DANIA!!!"

Dania sedikit tersentak, ia tertunduk lemah, air mata Dania keluar, Andreas menjadi merasa bersalah. Ia mendekap Dania kedalam pelukannya dan mulai menenangkannya.

"Maafkan aku Dania kamu harus sadar jika bukan karena ayahnya, anak kita masih disisi kita sekarnag ini. Dia cuma anak seorang pembunuh." Sambung Andreas ketika ia sadar bahwa ia telah menaikan nada bicaranya.

"Ayo kita pulang."

Andreas pun menuntun Dania menuju parkiran. Melihat keadaan istrinya ia jadi merasa tidak tega. Keduanya pun berjalan tanpa menyadari seseorang telah mendengar mereka dibalik dinding, seulas senyum miring tercetak disudut bibirnya.

"Pembunuh?" gumamnya bertanya-tanya

"Jadi sebenarnya Helen itu bukan anak kandung mereka. Tapi kenapa gak ada ingatan apapun tentang fakta ini, apa sebenarnya Helen sendiri pun gak tau kalo dia bukan putri kandung dari keluarganya." Pikirnya, orang itu adalah Helena yang harus kembali keruang bk untuk mengambil kembali sesuatu yang ia tinggalkan. Akan tetapi saat dijalan ia justru mendapatkan yang jauh lebih menarik. Sebuah fakta yang bahkan pemilik tubuh yang ia tempati sendiri tidak tau.

Tapi bagaimana bisa Helen tidak mengetahuinya, sepertinya ia harus mencari tau tentang ini. Dan Helena tau siapa yang harus ia tanyai.

***

Di markas Dark Spider.

Diruang yang hanya terdiri dari karpet besar yang lebar dan satu sofa panjang terlihat 3 orang yang tengah tergeletak tak berdaya. Satu orang yang tengah bermain ponsel diatas sofa dan dua orang lainnya yang tengah terbaring diatas karpet. 3 orang itu masih setia mengenakan seragam sekolah. Dilihat dari jam yang tertera didinding, ini masih pukul sepuluh pagi itu artinya mereka membolos siang ini.

"Gimana?" Tanya cowok dengan mata tajam yang menghunus kearah dua orang lainnya yang mengekerut dibawah lantai.

"Ehm anu namanya Helena Gal dia sekolah di Starlight High school," jelas salah satunya yang memakai sebuah bandana berwarna hitam dikepalanya. Dari name tag yang ada dibajunya dapat diketahui cowok itu bernama Derrell William.

"Helena?"

Derrel mengangguk "tapi gak mungkin dia Helena kan, Lena kan udah__"

"She died, and i know,"

Derrel menunduk "sorry Gal,"

Galen tidak menjawab ia masih sibuk membaca sekumpulan data yang baru saja diberikan oleh Derrel padanya. Tidak sulit mencarinya terbukti dari Derrel dan Axell yang hanya membutuhkan waktu satu hari. Tapi karena kesibukan mereka melawan penyerangan yang dilakukan musuh membuat Galen tidak memiliki waktu untuk membacanya.

"Kayanya ini cuma kebetulan deh Gal," timpal laki laki lainnya,

"Kebetulan?"

"Tapi bisa aja dia Helena kan, bisa aja dia operasi plastik," Derrel mengeluarkan pendapatnya yang langsung dibantah oleh Axell dengan alasan yang cukup logis.
"Itu gak mungkin, cewek diarena itu lebih pendek dari Lena."

Derrel mendengus lesu.

"Lo bilang dia cewek cupu yang selalu dibully?" Tanya Galen pada Axell.

Axell mengangguk, "tapi yang gue heran, gimana cewek cupu kaya dia bisa jago banget balapannya,"

"Bisa aja dia nyamar jadi cewek cupu," saut Derrel yang langsung mendapat tepukan keras dikepalanya dari Axell.

"Lo jangan ketularaan Lexan deh, kebanyakan baca novel," kata Axell ketus

Derrel mendengus mengusap ngusap kepalanya yang dipukul menggunakan topi.

"Ada apa bawa bawa gue lo pada? Gosip mulu ke ibu ibu komplek."

Axell yang masih sibuk dengan data data yang ia kumpulkan dan Derrel yang masih asik dengan kepalanya langsung menoleh ketika mendengar suara familiar, mereka sama sama ternganga melihat seseorang yang berdiri diambang pintu.

"Lah lo dah balik Xan?" Tanya Derrel heran.

Cowok beranting disalah satu telinganya itu mengangguk dan berjalan mendekat kearah mereka. Ia duduk disamping Axell dan membaca pekerjaannya.

"Helena Adiva, siapa Helena Adiva?" Baca cowok itu bertanya tanya.

"Oh gebetannya pak ketu," jawab Derrel yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang bos besar.

Alexan Antonio, atau yang biasa disebut dengan panggilan Lexan itu terdiam perempatan siku siku tercetak diantara kedua alisnya.

"Lo kapan balik?" Tanya  Axell meski demikian matanya masih fokus kelayar laptop yang entah sejak kapan dipeggangnya.

"Seminggu yang lalu," jawab Lexan ia menyenderkan punggung kesenderan sofa dan menutup matanya.

"Lah gue kira lo bakal balik bulan depan,"

Lexan menggeleng "gak jadi, gue diusir sama opa. Katanya gue gak boleh kelamaan di Inggris."

Axell dan Derrel tertawa serempak "pasti opa lo khawatir kalo sampe nanti lo kebablasan," ujar Axell terkekeh pelan.

"Jony lo kan hobinya kelayaban," sambung Derrel meledek kearah Lexan yang wajahnya sudah mengkerut menahan kesal.

"Diem deh lo pada," ketus Lexan melemparkan bantal sofa kearah Derrel dengan keras.

Lexan adalah salah satu inti Dark Spider juga, tapi sudah lebih dari dua bulan ini ia berada di London, inggris menemui kakeknya. Katanya si Lexan harus mengurusi kakeknya yang sedang sakit. Tapi tentu saja Axell dan Derrel tidak percaya bahwa Lexan disana semata-mata untuk merawat kakeknya. Mereka tentu tau bagaimana kelakuan Lexan yang liar. Diantara mereka Lexan lah yang paling bebas hidupnya, dia hobi sekali bermain diatas ranjang. Lexan itu playboy kelas kakap yang hobi mempermainkan wanita.

"Gue masih gak nyangka Helena meninggal, lo pada udah selidikin siapa pelakunya? Gue gak percaya kalo Lena meninggal karena kecelakaan,"

Galen yang sedari tadi terdiam langsung menatap kearah Lexan, wajahnya datar tidak ada perubahan.

Derrel dan Axell melirik kearah Galen sebentar hanya untuk memastikan ketuanya itu berbicara atau tidak. Karena melihat Galen hanya diam akhirnya Derrel memilih angkat bicara untuk menjawab.

"Kita udah selidikin ditempat kejadian, tapi kita gak nemuin apapun. Cctv yang dipasang disana juga udah dicek, tapi anehnya semua cctv rusak pas Helena kecelakaan." Jawab Derrel menunduk lesu.

"Helena gak mungkin kecelakaan kan, ada bekas tusukan ditubuhnya. Bisa jadi kecelakaan itu disengaja,"

Axel mengkerutkan dahinya "dari mana lo tau kalo Helena ditusuk?" Tanyanya aneh, saat Axell mengabari Lexan bahwa Lena meninggal. Seingatnya Axell hanya mengatakan bahwa Helena meninggal karena kehabisan darah, dia tidak pernah berbicara apapun tentang tusukan.

"Oh itu salah satu anggota ngasih tau gue," jawab Lexan cepat.

Axell menghela nafasnya "gak ada apapun yang bisa kita temuin di tempat kejadian, kalo pun itu bener disengaja gue rasa itu udah direncanain sebaik mungkinkan. Pelakunya bener bener gak kelacak," Jelas Axell, ia bersama Galen sudah bolak balik ketempat kejadian. Tapi mereka tidak menemukan apapun. Cctv mati, dan alat yang digunakan untuk menusuk Lena pun tidak ada.

"Lo mau kemana Gal?" Tanya Derrel ketika Galen tiba tiba bangkit dari duduknya.

"balik."

***

Hallo guys, Galen muncul nih😅 wkwkwk, ada yang kangen sama Galen dan teman temannya? 😅

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now