Di UKS

145K 22.3K 949
                                    

"Helen gak kenapa napa kan? kok dia bisa pingsan? Lo gak apa apain dia kan Van?"tanya Septi beruntun, raut wajahnya penuh dengan rasa khawatir. Menatap Helena yang terbaring diatas brangkar uks.

Ia terkejut saat kembali kekantin setelah pergi ketoilet menuntaskan hajatnya, ia malah menemukan Helena yang berteriak kencang hingga berakhir pingsan.

Septi membentak semua orang, bahkan mendorong Manda yang masih dalam keadaan syok diatas lantai. Ia juga memaki, menjambak dan memukuli ketiga orang yang dulunya adalah temannya itu.

Harusnya Septi tidak pergi dari kantin tadi, harusnya Septi menahannya. Jika Septi tidak pergi keadaannya tidak mungkin seperti ini. Vano telah menjelaskan semuanya, harusnya Septi bisa menjaga mereka berdua dari pembullyan. Tapi Septi gagal, padahal ia sudah berjanji untuk membela mereka saat dibully.

"Harusnya gue tadi gak pergi dari kantin Van, kalo aja gue gak pergi kejadiaannya gak mungkin kaya gini."

Vano yang merasa kasian pun berjalan mendekati Septi dan merangkulnya, disini dialah yang paling salah. Jika saja ia tidak lemah dan lebih berani, Helena mungkin tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini. Ckk Vano merutuki dirinya yang terlalu lemah dan pengecut. Ia ini seorang laki-laki mengapa dia tidak bisa melindungi temannya sendiri. Ah tidak, melindungi diri sendiri saja ia tidak bisa.

"Ini bukan salah kamu Septi, tenanglah." Ujar Vano berusaha menenangkan Septi dengan mengelus ngelus punggung gadis itu.

Septi mengusap sisa-sisa air matanya yang mengalir dipipi dan memeluk Vano, menepelkan kepalanya didada Vano yang bidang. Jika Helena ada mungkin ia akan mengomentari Septi yang mencari kesempatan dalam kesempitan.

Cklek

Mendengar suara pintu dibuka Septi bergegeas menarik diri dari pelukan Vano, keduanya sama sama menoleh kearah pintu yang kini terbuka. Wajah keduanya menjadi datar ketika melihat siapa orang yang datang.

"Ngapain lo disini?" Tanya septi dengan ketus, Septi tentu tau siapa cowok ini.

Cowok berlesung pipi itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, raut wajahnya menjadi salah tingkat ketika ditatap begitu datar oleh dua orang dihadapannya. "Gue cuma mau ngasih tau, kalian berdua dicari pak Yono digedung utara."

Vano dan Septi mengernyit, ada apa pak Yono memanggil keduanya. Ngomong-ngomong pak Yono adalah guru olahraga dan gedung utara itu gedung yang biasa digunakan untuk pelatihan eskul dan olahraga.

"Ngapain pak Yono nyari kita berdua? Aneh banget." Ujar Septi heran yang diangguki oleh Vano. Tidak bisanya pak Yono memanggil siswa dari kalangan biasa. Jika pun butuh bantuan, pak Yono pasti akan mengandalkan anak anak osis atau anak anak yang memang mengabdi disekolah. Nah ini tumben sekali memanggil mereka, terlebih ini adalah Vano dan Septi yang bahkan tidak sekelas .

Orang yang ternyata adalah Nata itu mengendikkan bahu "mana gue tau, tinggal samperin aja susah amat si."

Septi mendengus "gak usah ngeggas juga kali, ckk." Ketusnya matanya menatap sinis kearah Nata.

"Udah ayo Sep, siapa tau ada yang penting."

Septi mengangguk tapi kemudian ia mengingat sesuat, matanya menatap kearah Helena yang masih terbaring tidak sadarkan diri diatas brankar uks.

"Helen gimana Van?"

Vano terdiam, benar juga jika mereka pergi siapa yang akan menjaga Helena.

"Udah kalian pergi aja, gue bakal tinggal diuks ko."

Septi dan Vano saling pandang, kemudian keduanya sama sama menatap Nata dengan pandangan curiga "kamu punya niat buruk ya?" Tanya Vano curiga.

Nata melotot "sembarangan, kalo perut gue gak sakit gue gak bakal disini juga kali. Lagian apa gunanya ngejahatin kalian, gak ada gunanya sama sekali." Ujar Nata kesal karena dicurigai.

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now