Rumah Vano

156K 24.3K 2.6K
                                    

Helena, Septi serta Vano  berhenti disebuah rumah kecil yang berada dilingkungan yang sangat kumuh. Helena dan Vano biasa saja karena keduanya memang terlahir dengan kehidupan yang keras. Tapi Septi, cewek yang sejak kecil bergelimang harta itu terus saja meringis dan berbicara panjang lebar sampai membuat Helena pusing sendiri.

"Maaf ya, rumah saya memang begini." Ujar Vano sungkan.

Mereka tadi harus berjalan dulu dari gang sempit untuk masuk kekawasan ini. Karena mobil tidak bisa masuk. Harus melewati comberan dan tempat pembuangan sampah. Septi sedari tadi terus saja mengoceh panjang lebar mengomentari lingkungan yang sangat kotor. Dan itu membuat Vano tak enak hati.

"Kalem Van, udah ayok masuk anggep aja rumah sendiri." Ujar Helena lalu masuk begitu saja kedalam rumah Vano. Padahal sang tuan rumah masih melongo didepan pintu.

Septi berdecak "Helen yang tidak tau diri." Cibir Septi membuat Vano terkekeh.

Dan setelah itupun Vano menuntun Septi untuk masuk. Ketika masuk kedalan rumah suasananya pun tidak lebih buruk dari kondisi luar. Lantai yang hanya beralaskan semen, rumah Vano ini rumah setengah semen dan setengah lagi terbuat dari potongan teriplek yang sudah berlubang.

"Assalamualaikum ibu, Vano pulang."teriak Vano, Vano pun menggelar tikar untuk mereka duduk.

Seorang wanita paruh baya pun datang dari arah dapur, wanita itu mengernyit ketika melihat orang orang yang tidak dikenalinya.

"Kalian siapa?"

Septi dan Helena saling pandang, kemudian mereka terkikik melihat raut wajah Vano yang mulai memelas.

"Ibu ini Vano, masa ibu nggak ngenalin Vano."

Bu Sri mengernyit matanya memincing tajam "kamu jangan mengada ngada ya, anak saya tuh jelek gak ganteng kaya kamu."

Septi dan Helena semakin tertawa, bisa bisanya bu Sri dengan jujur mengatakan bahwa Vano itu tidak ganteng.

Vano mendengus, ia tau kok dia tidak ganteng tapi bisa gak ibunya itu tidak perlu jujur begitu. Ditambah sekarang ada Helena dan Septi. Kalian bisa bayangkan betapa malunya Vano sekarang.

Melihat Vano yang sudah semakin memelas karena tidak dikenali ibunya sendiri akhirnya Septi pun angkat bicara untuk membantu Vano. Karena Septi tau bahwa cewek yang tengah mengupil disebelahnya ini tidak akan mau melakukan tindakan.

"Ibu dia emang Vano anak ibu."

Bu Sri tidak percaya matanya memincing membuat Vano menghela nafasnya.

"Ibu masa ibu gak percaya, ibu itu suka semur jengkol terus ibu juga suka ngegosip. Ngegosipin bos ibu yang galak sama bu Dea. Masa ibu gak percaya kalo ini Vano."

Bu Sri menutup mulutnya dengan dramatisir, ia memutar mutarkan tubuh Vano. Memastikan itu memang Vano anaknya.

"Kok kamu bisa ganteng gini Van? Kamu pasang susuk dimana?"

Bolehkan Vano menangis sekarang, heiii untuk apa ia memasang susuk. Lagian Vano juga tidak mengerti tentang hal itu, dan ia juga masih takut sama Tuhan. Kaya gak ada cara lain aja, dunia sudha modern mengapa ibunya justru mencurigai dia memasang susuk. Hadeh, ibunya memang sangat kulot.

"Ibuuuuuuuu."

Helena dan Septi tertawa, Vano sudah merengek prustasi. Bu Sri pun terkekeh, sekarang ia tau bahwa cowok remaja ganteng didepannya ini memang anaknya.

"Iya iya maap, ibu aneh aja kamu bisa jadi ganteng kaya gini."

Vano mendengus kesal.

Atensi bu Sri kini teralih pada dua gadis yang terduduk diatas tikar. Ia tersenyum, baru kali ini anaknya membawa teman kerumah apalagi temannya sangat cantik-cantik.

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now