Make Over

164K 24K 1.4K
                                    

Sepulang sekolah, Helena mengikuti Septi yang terus menggandeng Vano agar cowok itu tidak kabur.

Vano yang baru saja hendak pulang setelah bel berbunyi, tapi tidak jadi karena didepan kelas Septi sudah berdiri dan merentangkan tangan menahan Vano yang hendak pulang.

Dan disinilah Vano sekarang dengan wajah bingungnya ia duduk didalam mobil milik Septi, lebih tepatnya ditengah tengah antara Septi dan Helena. Ia tidak bisa kabur karena Septi yang terus menggandeng tangannya posesif seperti seorang kekasih.

"Saya mau dibawa kemana Septi, Helen?"

Dalam hatinya Vano sudah panik setengah mati, takut dua gadis ini melakukan hal yang tidak tidak pada dirinya.

Septi tersenyum lebar dengan tangan yang masih menggandeng tangan Vano dengan erat.

Helena memutar bola matanya malas, Septi itu modus. Sekarangkan mereka sudah ada didalam mobil Vano tidak mungkin kabur tapi tangan itu lihatlah masih saja menggandeng tangan Vano posesif.

"Lo tenang aja ya Vano sayang, kita bakal bikin lo berubah jadi mirip cha eunwo." Katanya masih dengan senyum yang justru membuat Vano merinding. Siapa itu cha eunao? Vano tidak kenal, astagaaaaa.

Mobil Septi berhenti, karena yang membawanya supir jadi Septi menyuruhnya untuk menunggu sebentar. Mereka kini berdiri disebuah mall paling besar dikota ini. Vano yang melihat bahkan sampai berdecak kagum.

"Ayokk kita masukkkkk...."

Mereka pun akhirnya masuk, banyak yang menatap Septi dan Vano aneh. Mungkin mereka heran karena Vano dan Septi terlihat sangat berbeda. Vano yang cupu dan Septi yang sangat cantik jelita. Mereka sepertinya berpikir Vano dan Septi bukanlah pasangann yang serasi.

Helena hanya mengikuti dari belakang, entah mengapa Helena malah nerasa menjadi orang ketiga sekarang. Ckk, ia terlihat sangat menyedihkan mengekori dua orang yang saling bergandengan itu dibelakang bak anak ayam yang mengikuti induknya. Bahkan ketika Septi berbelok kearah toko pakaian, Helena tetap diam dan mengekor saja tanpa banyak protes.

"Lo berdiri disini jangan kabur, Helen jagain dia jangan sampe kabur."

Vano mengangguk meski ia tidak mengerti, ia melirik kearah Helena yang memainkan ponselnya.

"Helen, ada apa sebenarnya?"

Helen menoleh ia tersenyum "udah lo liatin aja tuh cewek gila."

Beberapa saat kemudian Septi kembali dengan berbagai modelan baju pria. Dibelakangnya bahkan ada dua orang yang juga membawa baju lainnya.

"Hell bantu pilih sini."

Helena mengangguk, ia pun mendekat dan mulai melihat-lihat berbagai model baju. Helen selama ini selalu membeli baju pria jadi ia mengerti, karena Galen dan Allan selalu meminta dirinya yang membelikan. Bahkan tak jarang Derrel dan Axell pun memintanya untuk membantu. Helena itu memiliki selera yang sangat bagus dalam memilih pakaian pria, tapi kalau ia disuruh memilih pakaian wanita. Jangan ditanya, ia akan sangat prustasi dan memerlukan waktu lebih dari satu jam hanya untuk memilih satu model pakaian.

Helena tidak terlalu menyukai baju baju wanita, karena menurutnya baju wanita itu ribet. Selama ini Helena selalu saja memakai kaos simple dan celana jeans polos berwarna standar. Sangking banyaknya baju laki laki, teman temannya tak jarang meminjam baju miliknya ketimbang milik Alan saat berada dirumahnya dulu.

"Ini, ini, ini, ini juga bagus, ini keren cocok buat dia."

Helena memilih kaos kaosan berwarna hitam, ada yang polos ada juga yang bermotif. Ia juga memilih celana yang memang dirasa cocok, ada juga hoodie berwarna hitam yang keren.

Septi mengangguk, ia mengambil pilihan Helena dan memberikannya kepada Vano untuk dipegang "pegang Vano."

Vano hanya mengerjap, ia hampir terjungkal karena banyaknya baju yang ia peggang saat ini.

"Terus ini sepatunya bagusan yang putih apa yang item Hel?"

Helen berpikir sejenak "yang item bagus."

Septi mengangguk "kita beli dua duanya."katanya kemudian kembali menaruh sepatu itu diatas tumpukan baju agar Vano memegangnya.

Helena mendengus, untuk apa bertanya jika akhirnya dia sendiri yang memutuskan.

Septi terus saja mengajak mereka berkeliling, bukan hanya satu toko bahkan banyak sekali toko mulai dari tas, sepatu, aksesories, celana, baju. Semua ia beli. Dan yang suruh membawa belanjaan itu semua adalah Vano. Vano sampe kelelahan karena menemani gadis gadis ini berbelanja.

"Hei apa kalian belum selesai?"

Helena dan Septi menoleh, Helena hampir saja menyemburkan tawanya, raut wajah Vano benar benar menyedihkan. Dengan banyak belanjaan ditangan Vano, semakin membuat Vano menyedihkan.

"Sebenarnya gue belum selesai, tapi karena gue kasian sama lo. Jadi ayok kita ke barbershop  terus kita makan.."

Vano melotot, heyy apa mereka benar-benar belum selesai. Mereka sudah lebih dari tiga jam dimall ini.

Tapi Vano hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan para gadis itu.

***

Sekarang ketiga orang itu sudah berada didalam salah satu salon yang sering Septi kunjungi. Mereka berniat untuk mengubah gaya rambut Vano. Karena selain menyediakan jasa untuk perawatan, disini juga menyediakan untuk mengubah gaya rambut atau pangkas rambut.

Vano semakin kebingungan ketika salah seorang barber pria menariknya untuk duduk didepan sebuah kaca yang cukup besar.

"Mau diubah seperti apa mas?" Tanya barber itu.

"Pokoknya diubah biar keren mas, jangan cupu lagi."

Itu bukan Vano yang menjawab tapi Septi. Vano mah hanya melongo saja karena dia tidak mengerti.

Barber itu pun mulai melakukan segala hal kepada rambut Vano, Vano hanya pasrah dan membiarkan barber itu melakuakan apa saja pada rambutnya, ia lebih memilih menutup mata jika nanti Septi dan Helen ternyata melakukan hal aneh pada rambutnya. Setidaknya Vano tidak akan melihat. Itu pikirnya.

Beberapa saat kemudian, barber itu telah selesai. Helena hanya diam dan tersenyum puas tapi Septi jangan ditanya gadis cerewet itu sudah berjingkrak jingkrak melihat perubahan Vano

"Gila Vann gila gila ini beneran elo?"

Vano yang sedari tadi memejamkan matanya terhentak kaget, ia pun menatap Septi dengan penuh tanya.

"Lo liat deh kekaca."

Vano menurut, ia memutarkan kepalanya kearah kaca.

Vano tertegun ketika melihat sosok yang terlihat sangat berbeda.

Rambutnya yang awalnya dipotong culun karena dipotong oleh ibunya itu kini berubah menjadi sangat keren. Wajahnya pun seakan berubah, dia tidak mengenali dirinya sendiri.

"I-ii-itu siapa?" Tanya Vano terbata bata.

Septi menjitak kepala Vano Pelan "bego, itu elo vano."

Vano mengerjap tidak percaya "benarkah? Tapi kok jadi ganteng."

Septi menepuk kepalanya pelan, barbernya tertawa mendengar kepolosan Vano sedangkan Helena ia pun ikut tertawa mendengarnya.

"Lo tuh sebenernya ganteng, tapi cupu aja."

Karena tak kuat melihat reaksi Vano yang lemot Septi dengan cepat menarik tangan Vano untuk pergi.

"Ayok pulang kita makannya dirumah gue aja."

Dan setelah itu mereka pun kembali melanjutkan perjalanan untuk kerumah Septi yang mewah.

***

Helena TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang