Septi yang rese Ahhh

180K 26K 1K
                                    

Helena memutar bola matanya jengah ketika Septi terus saja mengikuti langkahnya. Ia sudah lelah dan ingin segera sampai rumah dan tidur tapi gadis ini sangat merepotkan.

"Lo kenapa si ikutin gue mulu?!"

Septi terdiam ia menautkan jari jarinya dengan gelisah.

"Gu-gue lo kenapa si bantuin gue, gue kan sering bully lo?"

Helena mendengus, jika ia ingat Septi salah satu orang yang membullynya ia mana mau membantu Septi. Biar saja preman itu memakannya hingga habis. Tapi sayangnya itu cuma ucapan semata, Helena mana tega membiarkan hal itu terjadi.

"Gue gabut, udah terjawabkan balik sana gue mau balik." Balas Helena kemudian kembali berjalan mendahului Septi dengan langkah cepat

Helena pikir Septi akan menyerah, tapi ternyata gadis itu malah terus mengikutinya. Ia berbalik dan menatap Septi dengan tajam.

"Sekarang apa lagi?" Sentak Helena ia memberikan penekanan dalam setiap kalimatnya.

Septi menggaruk kepalanya, Helena jadi berpikir apa orang kaya seperti Septi memiliki kutu?

"Gue boleh gak nginep dirumah lo?"

Helena sedikit terkejut, ia menatap Septi dengan tatapan menyelidik "lo ngerencanain sesuatu ya?"

Septi dengan cepat menggeleng "gue cuma hmm gue cuma cabut dari rumah iya cuma cabut."

Helena mendengus, tapi kemudian ia mulai berpikir. Beberapa saat kemudian ia menatap Septi dengan senyum lebar yang membuat merinding.

"Oke lo boleh nginep dirumah gue tapi...."

Septi menatap Helena dengan antusias "tapi apa tapi apa?"

Helena tersenyum senang tak apalah memanfaatkan Septi, kan dia orang kaya "biaya sewa permalem satu juta."

Septi melotot tak terima "mahal banget."

Helena mengendikan bahunya acuh "yaudah kalo gak mau?" Katanya kemudian berbalik, baru beberapa langkah Helena berjalan Septi sudah kembali memannggilnya dan itu membuat Helena menyeringai.

"Oke satu juta."

Helena tersenyum senang, akhirnya ia memiliki uang tambahan sekarang heheeh.

***

Septi tak mengerti dengan dirinya, padahal ia tak pernah berniat untuk tidak pulang malam ini. Tapi disini justru ia sekarang didepan sebuah rumah kecil yang terlihat sangat kumuh.

Dia menatap jijik kearah rumah yang sangat jauh berbeda dari rumahnya, ia membayar satu juta hanya untuk menginap ditempat seperti ini?

"Ini rumah atau kandang kambing?"gumam Septi dengan julidnya.

Helena yang mendengar mendelik sinis "yaudah si kalo gak suka tinggal balik aja repot amat hidup lo." Balas Helena sedikit ngeggas.

Septi gelagapan "ya jangan dong."

Helena memutar bola matanya malas, ia memilih masuk terlebih dahulu kedalam rumah. Septi hanya mengekor dari belakang.

"Lo kok tinggal disini Hell?"

Helena mengangkat alisnya "emang kenapa?"

Septi yang sedari tadi Menatap sekitar mengalihkan atensinya menjadi menatap Helena "bukannya lo adiknya kak Gibran sama Helvan ya, ko lo tinggal disini?"

Helena mengangguk anggukan kepalanya paham, dua orang itu memang kakak kandung sipemilik tubuh. Tapi ia sama sekali tidak mengingat wajah mereka sama sekali. Ingatan tentang kehidupan pemilik tubuh hanya sedikit yang ia dapat.

"Oh gue diusir." Jawab Helena santai tapi membuat Septi menatapnya penuh tanya.

"Kenapa?"

"Biasalah si setan kebon binatang bikin gue diusir."

Septi mengernyitkan dahinya bingung "Gwen?"

Helena mengangguk, ternyata Septi mengenal Gwen. Tak heran si diingatannya Gwen itu terkenal disekolah karena kebaikannya. Mereka gak tau aja kelakuannya melebihi setan.

"Lo gak suka ya sama Gwen?"

Helena menatap Septi tajam "yaiyalah, yakali. gue masih normal kali. Ngadi ngadi lo."

Septi memutar bola matanya malas "bukan itu maksud gue."

Helena mengendikkan bahunya tak peduli ia memilih pergi kemar mandi untuk membersihkan wajahnya.

"Lagian gue juga gak suka sama tuh bocah, idih amit amit banget kelakuan mah iye bak bidadari tapi dibelakang cihh. Tau gak Hell? Dia tuh pernah ngerebut cowok gue tau."

Helena yang tengah sikat gigi mendadak berlari kembali keluar ketika mendengar ucapan Septi.

"Serius lo?".

Septi mengangguk "dia godain cowok gue, gak tau gue caranya gimana padahal dia sahabat gue dulu."

Helena mengangguk anggukan kepalanya mengerti, ia kira Gwen itu cuma gak tau diri tapi ternyata gak tau malu.

Helena tersenyum miring, dan itu berhasil membuat bulu kuduk Septi meremang.

***

Keesokan harinya Septi terbangun dengan keadaan meja yang penuh dengan makanan. Ia melirik kekanan kekiri mencari Helena tapi gadis itu tidak ada. Ia melihat kearah meja yang sudah tersaji dengan nasi goreng , perutnya mendadak lapar. Dengan tidak tau dirinya ia mengambil piring dan menyiuk nasi goreng yang terlihat enak.

Matanya berbinar ketika satu sendok nasi goreng itu sudah masuk kedalam mulut dan menyapa indra perasanya.

"Lumayan, sicupu enak juga masakannya."

Septi terus melahapnya, gadis itu tidak sadar telah menghabiskan porsi nasi goreng yang harusnya dimakan berdua dengan Helena.

Helena yang baru selesai mandi itupun dengan riang berjalan kearah meja makan yang menyatu dengan ruang tamu. Tapi mulutnya ternganga ketika melihat keadaan makanan yang kini sudah habis tak tersisa. Ia meratapi semua makanan yang harusnya ia jadikan sarapan pagi ini.

"SEPTI SIALAN LO NGAPAIN MAKAN MAKANAN GUEE!!!" teriak Helena dengan kencang sampai Septi terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan priing didepannya.

Septi berbalik dan menyengir kuda kearah Helena yang sudah mengeram marah "gue lapar Hell heheh."

Helena mendelik "lo pikir gue gak laper hah?!!"

Septi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "ya maaf hehehe."

Helena mendengus, tapi tatapannya masih menajam kearah Selfi "ganti gak?!!"

Septi mengercutkan bibirnya sebal "guekan udah bayar satu juta semalem Hell, masa sekarang bayar lagi." Ujar Septi kesal merasa tidak terima.

Helena mengendikan bahunya tidak peduli "bodo amat pokoknya ganti."
Septi mendengus namun tak ayal mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu.

Helena tersenyum senang "nah gitu dong. Sekarang lo balik sono." Kata Helena mengusir Septi.

"Lo ngusir gue?"

Tanpa basa basi Helena mengangguk,

"iyalah, gak guna banget lo dirumah gue. Sono balek hus hus." Helena mengibas ngibaskan tangannya mengusir Septi.

Septi mengercutkan bibirnya kesal, akhirnya ia berjalan keluar dengan menghentak hentakkan kakinya dengan kesal.

Helena mah tidak peduli mohon maaf, ia malah mengambil masker dan mulai merawat wajahnya.

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now