Syarat yang di abaikan

52.7K 7.6K 325
                                    

Mobil yang dikendarai oleh Helena terhenti tidak jauh dari gedung sekolahnya, setelah mengantarkan Gorgon pada pemiliknya Helena langsung bergegas untuk mandi dan menuju ke sekolahnya. Meski hatinya belum tertata dengan baik, rasanya Helena tidak punya pilihan lain. Karena hanya disekolahnya lah Helena bisa sedikit melupakan apa yang terjadi dihidup nya. Paling tidak ia bisa mengawasi Allan dengan mata kepalanya sendiri.

Tok tok tok.

Helena menoleh ketika kaca mobil diketuk oleh seseornag, gadis itu pun membuka kaca mobil untuk melihat siapa yang mengetuk kaca mobilnya.

"Kenapa berhenti disini?"

Helena tersenyum gadis itu menggeleng karena sebenarnya Helena sendiri tidak tau mengapa ia berhenti disini.

Galen menghela nafasnya, lelaki itu pun mengulurkan tangannya membuka pintu mobil yang terkunci melalui jendela.

"Mau ngapain?" Tanya Helena heran.

"Nebeng." Jawab Galen singkat lalu masuk kedalam mobil ketika telah berhasil membuka pintu mobil setelah sebelumnya Helena sudah terlebih dahuly bergeser dari tempat duduknya.

Helena mendengus gadis itu memutar bola matanya malas "udah deket juga." Ujar Helena dengan nada menyindirnya.

Galen terkekeh "biarin, hemat tenaga." Balas Galen santai.

Helena berdecak, meski begitu Helena tetap membiarkan Galen untuk mengambil alih kemudi dan kembali menjalankan mobilnya menuju gerbang sekolah yang sudah ada didepan mata.

Galen pun membelokan stir mobilnya memasuki gerbang sekolah, ini baru pertama kalinya sepanjang Helena hidup ditubuh ini dia pergi ke sekolah tanpa motornya.

Galen memberhentikan mobilnya tepat diparkiran, keduanya secara bersamaan turun dari dalam mobil menimbulkan berbagai macam bisik bisik yang terdengar seperti biasa mereka semua pasti akan menjulidi si pihak wanita.

Helena mendengus gadis itu bergerak bergeser agak jauh dari Galen yang sudah mengernyitkan dahinya heran.

"Kenapa?" Tanya Galen heran.

"Pengang kuping gue." Jawab Helena jujur membuat Galen tertawa, tawa tampan yang membuat beberapa orang memekik tertahan.

Helena mendesah kesal, rasanya kesehatan telinganya harus dipertanyaan. Kupingnya bisa bisa overdosis karena mendengar komentar jahat tentangnya setiap hari.

Galen menggeleng bukannya menjauh lelaki itu malah dengan sengaja merangkul Helena dan membawanya berjalan.

"Udah ayo kekelas."

Helena mendengus, tapi meski begitu Helena menurut saja dan mengikuti langkah Galen yang sangat panjang.

"Itu bukannya kakak lo?" Ujar Galen ditengah perjalanan, jari telunjuknya menunjuk kearah sosok yang berjalan didepan sana.

Helena mengikuti arah telunjuk Galen dan sedetik kemudian melotot kesal ketika mendapati Gibran yang tengah berjalan dengan dua temannya.

"Dia bukan Kakak gue." Ucap Helena tidak terima, benar kan kenyataannya Gibran memang bukan kakaknya.

Galen terkekeh, mereka tetap berjalan seperti biasanya mata Helena terus saja menatap kearah Gibran yang masih berjalan santai dengan Nata dan Theo. Sepertinya lelaki itu tidak sadar akan kehadirannya.

"Etss tunggu sebentar..."

Gibran tersentak, langkahnya mendadak terhenti ketika seseorang tiba tiba menghadang jalannya. Wajahnya mendadak gelagapan ketika melihat sosok Helena yang berdiri didepannya.

Helena TransmigrationWhere stories live. Discover now