2. Bullying

6.4K 372 15
                                    

Selalu ingat untuk vote+komen!

Happy reading-!!!

...

"Jika tidak ada pahlawan yang menyelamatkanmu, jadilah pahlawan untuk orang lain"

...

Prangg!

Suara pecahan kaca yang jatuh terdengar, membuat kantin yang awalnya ribut menjadi hening seketika. Semua murid yang ada dikantin langsung memusatkan perhatiannya dimeja tengah kantin.

"BANGSAT!! LO NGOTORIN BAJU GUE, ANJING!" bentak seorang perempuan berbaju ketat.

Eliza Zefani, gadis yang hobi memakai make up menor, baju ketat, body yang berisi, serta kemana-mana selalu membawa kipas portable itu adalah orang yang suka membuat masalah. Ia suka membully orang yang kastanya lebih rendah darinya. Tak segan-segan ia menjambak, mencakar, nenampar, ataupun memukul orang yang telah mengusik ketenangannya.

Gadis yang dibentak itu menunduk takut, masih pada posisinya terduduk dilantai karna terjatuh, ia tak berani menatap kakak kelasnya yang menyeramkan bak monster itu. Jika keadaannya sedang seperti ini, tak ada yang bisa ia lakukan. Melawan? Ia tidak punya nyali untuk itu. Ia hanya bisa berucap, "Ma-maaf kak."

Eliza mengepalkan tangannya kuat-kuat, berani sekali adik kelasnya ini membuat seragamnya basah terkena jus, tapi langsung minta maaf seenaknya. Tak bisa dibiarkan, ia harus membuat adik kelasnya ini tunduk terhadapnya.

"Enak aja lo minta maaf seenaknya! Lo tau gak? Seragam gue ini lebih mahal, dibandingkan punya lo! Punya gue limited edition, gak kayak punya lo yang cuma beli dipasar lowak!" hinanya tak tanggung-tanggung.

"Maaf kak, a-aku gak sengaja, sumpah." sergahnya terbata-bata.

"Bangun lo!" perintah Eliza.

Gadis itu bangun dengan tertatih-tatih merasakan nyeri dibagian bokongnya karena terbentur lantai terlalu keras.

Baru saja berdiri, pipinya langsung ditampar dengan kuat oleh Eliza. Tatapan semua yang berada dikantin beragam. Ada yang kasian, ada yang biasa saja karena memang sudah sering melihatnya, ada yang ikut merasakan ngilu, datar, dan masih banyak lagi. Mereka semua tidak ada yang berniat menolong gadis itu, karena tidak ingin ikut-ikutan terkena dampaknya.

Eliza menjambak rambut gadis itu kuat hingga kepalanya mendongak keatas. Air matanya mengalir walaupun sudah berusaha menahannya, tapi tidak bisa. Ini sakit, sangat sakit. Kepalanya terasa ingin pecah, pusing, belum lagi sakit yang dipipi, itu sangat menyiksanya.

Bernessa menatap iba gadis itu, ia ingin menolongnya namun sedari tadi ditahan oleh Yola.

Yola menggeleng, "Jangan," peringatnya.

Bernessa benar-benar ingin menolong gadis malang itu. Ia tau gadis itu salah, tapi tak seharusnya Eliza memperlakukannya seperti binatang. Gadis itu juga sudah minta maaf.

"MAKANYA JALAN ITU PAKE MATA, ANJING! LO PIKIR LO SIAPA, HAH?!" Eliza kalut, ia menjambak gadis itu semakin kuat.

"Sa-sakit kak, lepasin. Aku bakal tanggung jawab."

Eliza tertawa remeh, "Lo pikir lo bisa?"

Puas menjambak, Eliza melepas kasar rambut itu dari genggamannya. Ia melihat jijik telapak tangannya yang berminyak, "EW, RAMBUT LO JELEK BANGET, LEPEK TAU GAK! BISA-BISA TANGAN GUE KENA VIRUS KALO KAYAK GINI!" pekiknya, lebay.

NAJESAWhere stories live. Discover now