31. Gia's Birthday

2.8K 212 16
                                    

Vote+Komen

Happy Reading-!!!

...

Sedari tadi tangan mungil Bernessa berada digenggaman hangat Najendra. Cowok itu menyetir sangat santai hanya dengan satu tangannya. Bernessa dibuat kagum, ia belum bisa se-mahir itu mengendarai mobil.

Suasananya begitu heboh. Sedari awal berangkat, Bernessa tak henti-hentinya mengoceh dan bercerita tentang kehidupannya saat masih di Jakarta. Tapi ia hanya bercerita momen-momen yang menyenangkan saja, tidak menceritakan tentang kejadian kejam dirumahnya.

Meskipun respon Najendra sangat singkat dan terkesan acuh, tapi Bernessa tau bahwa cowok itu sedari tadi sangat menyimak dan meresapi.

Mereka berdua sengaja memisahkan diri dari yang lain agar lebih bebas. Dibelakang terdapat mobil milik Marev menyusul yang didalamnya ditumpangi oleh Marev, Gagelio dan juga Yoshi. Dibelakangnya lagi ada mobil milik Arjeano yang diisi oleh Arjeano, Jeha, Mesha dan Gaharu.

Sebelumnya, mereka sempat berbelanja terlebih dahulu ditoko khusus mainan anak untuk membeli hadiah Gia. Selama ditoko itu, Najendra terus-terusan menempel dengan Bernessa. Kemanapun cewek itu berjalan, Najendra selalu mengikuti langkahnya seperti seorang suami yang menguntit istrinya.

Sekarang Bernessa dapat mengerti maksud perkataan Najendra saat dichat tadi yang mengatakan akan membeli hadiah bersama layaknya sepasang orang tua.

"Naje, kapan-kapan kita main ke pantai yuk? Aku udah lama lho gak kesana," ajak Bernessa dengan binar mata yang terlihat sangat antusisas.

Najendra menjawab dengan anggukan.

"Tapi malam-malam, biar sepi dan sejuk," ujar Bernessa.

Lagi-lagi Najendra mengangguk.

"Oh iya, kamu bisa tau nomor aku dari mana?" tanya Bernessa penasaran, memajukan sedikit wajahnya untuk melihat wajah tampan Najendra lebih dekat.

Najendra menoleh sekilas. "Kepo," ucapnya singkat.

Bernessa cemberut. Ia menjauhkan kembali wajahnya, menyenderkan tubuhnya dipunggung kursi yang empuk sembari bersidekap dada. "Kesel banget ih. Masa dari tadi jawabnya singkat mulu. Aku dari tadi diem bukan karena biasa-biasa aja, tapi aku ngehargain kamu yang lagi nyetir. Masa jawab pertanyaan yang kayak gini aja gak bisa," sungutnya kesal.

Sedari tadi ia berusaha menerima semua jawaban singkat dari Najendra dengan lapang dada karena tau cowok itu sedang menyetir. Tapi lama kelamaan ia kesal juga karena tidak dihargai.

"Mau tau banget?" tanya Najendra melirik gadis mungil itu yang sedang mengerucutkan bibirnya.

Bernessa tak menjawab.

"Sa?" panggil Najendra saat tak mendapatkan jawaban.

Ia terkekeh pelan, mudah sekali membuat Bernessa kesal. Tangan kirinya terulur untuk mengelus pucuk kepala Bernessa dengan lembut penuh kasih sayang. "Gue dapet nomornya dari kakek lo."

Bernessa memalingkan wajahnya melihat kondisi jalanan dari balik kaca. Sama sekali tak ada niatan membalas ucapan Najendra tadi. Ia akan balas dendam, agar Najendra tahu bagaimana rasanya.

Alis Najendra mengkerut. Ia menoleh cepat kearah cewek itu. "Sa? Lo marah?" tanyanya terkejut saat tak ada reaksi apapun dari gadis disebelahnya.

"Sa?"

"Sasa?"

"Sasa lo--

"Diem deh! Fokus aja nyetirnya biar selamat, sehat, damai, sejahtera, sentosa sampai tujuan!" sentak Bernessa menepis tangan kekar Najendra dari kepalanya.

NAJESAWhere stories live. Discover now