36. Meet You Again

1.8K 165 35
                                    

Vote+Komen.

Happy Reading-!!!

...

Saat berjalan dikoridor yang sepi, Bernessa dikejutkan dengan sebuah tangan yang tiba-tiba menepuk pundaknya keras.

Melihat siapa orang itu, tiba-tiba mata Bernessa membulat sempurna dengan perasaan tak karuan.

"Kak Al," gumam Bernessa terkejut.

"Nessa, lo, Nessa, kan?!" kata Aldero keras dengan perasaan yang sama-sama terkejut.

"Jawab anjing! Gak usah sok kaget lo!" bentaknya menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu kasar.

Bernessa tak menjawab, matanya hanya menatap kosong kedepan dengan pikiran yang mendadak nge-blank.

"Bener kan? Emang sih mata gue gak usah diraguin lagi, bahkan dari kejauhan seratus ribu kilometer pun gue masih bisa ngenalin wajah burik lo ini!"

Sebenarnya, sejak berada dilapangan tadi Aldero memang sudah melihat kehadiran Bernessa. Tapi karena pertandingan adalah prioritas utama, Aldero harus menyelesaikannya terlebih dahulu kemudian ketika pertandingan itu berakhir dan Bernessa beranjak pergi, barulah ia mengikutinya. Bahkan saat gadis itu ke toilet sekalipun ia tetap menunggu diluar sambil mengamati sekitar.

"Lo bisu atau tuli sih? Jawab gue bangsat! Lo masih aja ya suka gini, gue hukum lagi lo diapart," ancam lelaki itu tak main-main.

"Apasih?!" sentak Bernessa mendorong dada Aldero kasar.

"Berani juga lo dorong-dorong gue," kekeh Aldero menatap tajam Bernessa.

"Hampir sebulan ya kita nggak ketemu. Pasti first impression yang lo pengenin itu gue ngomong, 'hi, long time no see' iya kan? Nggak usah mimpi!" ketus Aldero tertawa keras.

Bernessa mamandang aneh mantan pacarnya ini. "Apasih? Gak jelas banget."

Mata Aldero mendelik mendengarnya. "Lo kok gitu? Gak usah ngata-ngatain gue anjing! Peluk gue kek, sialan!" pinta cowok itu dengan memaksa.

"Pasti first impression yang kakak pengenin kalau kita ketemu lagi itu aku peluk kakak, iya kan? Nggak usah mimpi!" balas Bernessa ketus.

"Anjing! Sialan lo!" maki Aldero mengacak rambutnya kasar.

"Kakak pikir kalo ngacak-ngacak rambut kayak gitu ganteng? Nggak, kak! Kakak malah keliatan kayak monyet!" ejek Bernessa seraya bersedekap dada.

"Sesat ya omongan lo sekarang! Berantem sini! Gue mau ribut sama lo!" ajak Aldero menarik tangan Bernessa namun segera dihempas gadis itu.

"Sorry, nggak ada waktu buat ngeladenin kakak yang gak jelas. Pertandingan udah selesai, mending buru balik sana dari pada keliaran nggak jelas gini disekolah orang! Udah kayak monyet bekantan aja," usir Bernessa berjalan meninggalkan Aldero yang mendadak mematung ditempat.

"Asli, udah berapa kali dia ngatain gue dari tadi?" monolognya pada diri sendiri.

"Arghhh bangsat." Aldero kembali mengacak-ngacak rambutnya sambil mencak-mencak tak jelas. Beruntungnya, koridor ini sangat sepi, jika tidak, sudah dipastikan warga sekolah akan menelpon rumah sakit jiwa lantaran satu pasiennya yang kabur.

"WOI NESSA, NGGAK USAH GITU LO BANGSAT! GUE PASTIIN HABIS INI LO BAKAL NERIMA HADIAH DARI UCAPAN SIALAN LO ITU!" teriak cowok itu tak tahu malu.

Bernessa berdecak dalam hati. "Gue kangen kak, gue pengen peluk lo, tapi gue gak mau lo berharap lebih," batinnya menjerit.

NAJESAWhere stories live. Discover now