34. Jadi Adik Gue, Ya?

1.9K 145 25
                                    

Vote/Komen

Happy Reading-!!!

...

Gagelio dan Bernessa sedang duduk berdampingan disebuah kursi yang tersedia di rooftop sekolah. Sudah lima menit lamanya mereka berdua duduk disana, tapi tak ada yang mengeluarkan suara sama sekali. Bernessa yang menunggu, dan Gagelio yang takut.

"Ge?" panggil Bernessa sembari menatap lawan bicaranya yang nampak tegang.

"Lo— jadi adik gue, Ya?" ucap Gagelio cepat dan lugas.

"Hah?" beo Bernessa tak paham dengan ucapan Gagelio yang terlalu tiba-tiba.

"Aih, masa lo nggak denger?" keluh Gagelio menunduk. Ia terlalu kaku untuk mengulangi perkataannya lagi.

"Jadi adik lo? Maksudnya gimana?" bingung Bernessa menggaruk tengkuknya.

"Ya jadi adik gue. Dan gue jadi kakak lo. Gimana, mau nggak?" ujar cowok itu. "Mau ya? Mau lah, harus. Gue maksa," tegas Gagelio bersidekap dada.

"Ini, lo sadar nggak? Kenapa tiba-tiba? Lo habis minum alkohol ya?" tanya Bernessa serius dan berdiri dari duduknya. Ia sedikit tidak percaya dengan yang dikatakan Gagelio, apalagi cowok itu sangat sering bercanda.

"Nggak lah. Gue itu jarang minum kalau besoknya sekolah, kecuali pas weekend. Itupun gak banyak," nyolot Gagelio.

"Berarti tadi itu ngucapnya sadar?" tanya Bernessa polos.

"Iya lah, Nessa, masa nggak."

"Serius?"

"Hm," deham Gagelio. "Jadi gimana? Oke atau iya?"

Bernessa terdiam. Ia bingung harus menjawab apa.

"Bunda gue kesepian tau," curhat Gagelio. "Bunda gue pengen banget punya anak kedua, apalagi cewek, tapi Tuhan belum ngasih kepercayaan. Bunda gue udah coba segala macam cara buat ngasih Papa gue anak lagi, tapi tetep nggak bisa padahal nggak ada masalah penyakit apapun setelah mastiin ke banyak rumah sakit."

"Gue sebenernya juga pengen banget punya adik, tapi gue harus pura-pura nggak mau biar Bunda nggak overthinking mikirin itu." Gagelio menumpahkan isi hatinya kepada seorang gadis yang baru dua minggu ini ia kenali sebagai orang yang selalu dinanti-nanti oleh sahabatnya-Najendra.

"Pas awal lo masuk sekolah kita dan buat banyak orang penasaran, gue sama sekali nggak peduli dan biasa-biasa aja. Tapi pas gue tau lo itu cewek yang selama ini Jendra tunggu-tunggu, gue mulai penasaran dan selalu perhatiin gerak-gerik lo dari jauh ataupun deket."

"Lo kayak bocil," ejek Gagelio.

Bernessa tercengang.

"Tapi dewasa juga," lanjut cowok itu.

"Gimana sih lo, bingung deh," cemberut Bernessa.

Gagelio terkekeh pelan. "Lo emang kayak bocil, tapi pemikiran lo itu dewasa. Denger cara lo ngomong, liat cara lo bertindak, lo itu pinter nyesuaiin diri sesuai keadaannya."

"Diem deh, malu tau dinilai terang-terangan gitu." Bernessa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Nah kan lucu, pantes aja Jendra suka," ungkap Gagelio jahil.

"Apaan sih?!"

"Hehe, jadi gimana? Iya atau oke?" desak Gagelio. Sungguh, ini adalah percakapan ter awkward.

"Jadi adik lo gitu?" tanya Bernessa memastikan.

"Iya lah, emang mau jadi apa? Jadi pacar gue? Gue nggak mau kalau itu, cukup adik aja, nanti pala gue bisa ditebas sama Jendra," ujar Gagelio.

NAJESAWhere stories live. Discover now