23. Bertemu Lagi

3.9K 283 10
                                    

Vote+Komen.

Happy Reading-!!!

...

"Semesta pasti punya alasan mendatangkanmu secara tiba-tiba, salah satunya ingin membuatku kembali menderita"

...

Bernessa menggeledah isi tas sekolah miliknya, mencari suatu benda berukuran kecil yang berbentuk persegi panjang, dengan desain warna lilac yang menjadi kesukaannya selama ini.

Apa itu? Tentu saja permen Frozz rasa blueberry mint.

Bernessa menjambak rambutnya prustasi. Dimana permen kesukaannya itu berada sekarang. Dilaci tidak ada, di tas sekolah tidak ada, dikamar mandinya juga tidak ada. Apakah sudah habis ia makan semuanya?

Bernessa menepuk jidatnya pelan. Ia lupa bahwa permen itu sudah habis sejak kemarin saat sedang asik-asiknya menonton drama korea fantasi. Karena semua camilan yang ia punya sudah habis, jadi terpaksa ia memakan permen itu supaya ada saja yang dikunyahnya sebab jika menonton tanpa mengunyah itu rasanya seperti ada yang kurang. Niatnya yang hanya ingin makan satu atau dua butir saja malah kebablasan hingga dua bungkus sekaligus.

"Dasar pelupa! Itu permen udah habis dari kemarin, ngapain malah lo cari kemana-mana, Nessa. Liat sekarang? Kamar lo udah kayak kapal pecah, bahkan tikuspun gak nyaman tinggal disini," maki Bernessa pada dirinya sendiri. Ia merutuki dirinya yang mudah sekali melupakan suatu hal kecil seperti ini, giliran hal besar malah tak bisa dilupakan.

Bernessa memutuskan untuk pergi keluar, membeli segala camilan dan permen favoritnya yang sudah habis untuk menemani menonton drama Korea. 

Ia hanya menggunakan outfit yang sangat simple. Celana jogger berwarna coklat, serta sweater polos yang juga berwarna coklat. Rambutnya ia kuncir dengan asal supaya tidak gerah saja. Jangan lupakan menyemprotkan farfum kebagian-bagian tertentu agar selalu wangi dan tidak dijauhi orang-orang.

Karena ia hanya ingin berbelanja di minimarket terdekat aja, jadi Bernessa memutuskan untuk membawa beberapa lembar uang cash saja dari pada membawa kartu blackcard-nya yang sudah pasti berisi banyak sekali saldo.

Bernessa turun kelantai bawah menghampiri kakeknya untuk berpamitan keluar sebentar. Ia mendudukkan bokongnya disebelah pria tua itu. 

"Kenapa?" tanya Revo tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Aku mau keluar sebentar beli camilan," ujar Bernessa sambil mengintip apa yang diketik oleh Revo.

Revo langsung menghentikan aktifitasnya, ia meneliti penampilan Bernessa dari ujung rambut hingga ujung kaki. Revo melepaskan kacamatanya.

"Diantar sama sopir kan?"

Bernessa menggeleng. "Aku sendirian aja."

"Kenapa?"

"Pengen aja, aku udah lama gak hirup udara malam," ujar Bernessa. Karena memang semenjak ia tinggal bersama Revo, ia sudah tak pernah lagi memandang langit malam secara lepas. Kerjaannya sekarang hanya sekolah, makan, mandi, dan tidur. Biasanya jika di Jakarta setiap malam Bernessa pasti akan berduduk dibalkon kamarnya sambil melamun dan memikirkan semua hal-hal yang terjadi selama seharian penuh, dari pagi hingga malam. Terkadang ia juga menulis dan bercurhat pada buku diary-nya.

"Jangan sendiri, Nessa!" peringat Revo. Ia tak ingin jika sesuatu hal yang buruk menimpa cucunya saat pergi sendirian.

"Aku bisa jaga diri kok." Bernessa berusaha meyakinkan Revo. Bepergian malam-malam dan sendirian sudah biasa ia lakukan saat masih di Jakarta. Bahkan pernah jam sebelas malam ia berdiri sendirian menatap hamparan laut luas dipantai untuk membagi keluh kesahnya dengan ombak.

NAJESAWhere stories live. Discover now