26. Raka Sialan

3.8K 245 33
                                    

Vote+Komen

Happy Reading-!!!

...

"Ketika teringat sebuah ketidakadilan didalam keluargaku, aku coba untuk menghela nafas agar aku tidak pernah seperti itu"

...

"Lo yakin bakal ngejalanin ini?"

"Yakin."

"Lo gak takut dimarahin bokap lo lagi gara-gara masih nyari dia sembunyi-sembunyi?"

"Gak sama sekali. Gue ga peduli kalo nanti ayah marah atau nyakitin gue lagi, asalkan Nessa ketemu. dia adik gue, dan gue kakaknya, kewajiban gue jaga dia, bukan nelantarin."

"Rancana kita bakal berhasil kalau kakak lo itu gak ikut campur."

"Tenang aja, hari ini Raka lagi sakit, dia pasti gak bakal diizinin buat ikut."

"Sakit?"

"Iya."

"Sakit apa?"

"Panas biasa doang sih, padahal gue pengennya dia tipes aja," ujar Nata.

"Kakak lo itu!" ujar Aldero.

"Gue gak nganggep," jawab Nata datar.

"Bagus sih gak lo anggep, orang sifatnya aja udah kayak dakjal sialan gitu," setuju Aldero.

"Dulu lo dipihak dia," ujar Nata.

"Dulu. Sekarang mah udah nggak. Gue bener-bener ngerasa orang paling bodoh didunia ini karena udah mau dimanfaatin dia selama ini. Orang munafik, pinter ngadu domba, manfaatin keadaan, nyalahin orang lain. Itu semua ada didalam diri Raka, kurang apalagi coba?"

"Bukan cuma lo doang yang ngerasa gitu. Gue juga ngerasain. Gue ngerasa gue adalah orang yang paling gak bertanggung jawab. Bahkan disaat adek kandung gue sendiri diperlukan gak layak seperti itu, gue gak bisa nyegah apapun, gue gak bisa apa-apa, gue cuma bisa diem, nontonin, dan liatin, tanpa berbuat apapun. Lo tau? Hati gue sebenernya sakit banget tiap kali ngeliat kondisi adek gue yang gak pernah baik-baik aja. Dia selalu punya luka. Luka fisik dan luka mental. Lo gak pernah tau, dada gue selalu sesek tiap kali ngeliat ayah nampar dia, jambak dia, hina dia, lukain dia, sakitin dia. Rasanya tuh sakit, sakitt banget. Seolah-olah gue ikut ngerasain apa yang dia rasain. Sakit fisik itu bisa sembuh dalam kurung waktu beberapa hari, tapi sakit hati dia belum tentu bisa sembuh secepat itu. Bahkan kita gak mungkin bisa lupa, kita cuma bisa simpan dan pendam.., sendiri."

Pertama kalinya dalam sejarah, Aldero mendengarkan Nata berbicara panjang lebar dengan nada yang lirih, menyurahkan isi hatinya, menuangkan segala kesedihan yang selalu cowok itu pendam sendirian, membuatnya merasa sedih akan kondisi Nata akhir-akhir ini yang selalu nampak murung dan tidak bersemangat.

Ia pikir selama ini Nata sama seperti Raka yang brengseknya keterlaluan. Bahkan ia pikir Nata lebih parah lagi. Tapi ternyata ia salah. Dibalik sikap cuek dan acuh Nata selama ini, ternyata cowok itu menyimpan kepedihan dalam hatinya yang tak bisa diceritakan kepada siapapun.

Nata bukannya tidak peduli, tapi ia berpura-pura tidak peduli.

Nata tidak suka berinteraksi atau berkomunikasi dengan Bernessa terlalu sering. Karena setiap kali matanya menatap manik kecoklatan milik gadis itu, hatinya selalu sakit, dadanya selalu sesak, matanya selalu ingin mengeluarkan cairan bening.

Kondisi tubuh yang tidak pernah absen dengan luka-luka, mata indah yang selalu dihiasi oleh kantung mata, bibir yang selalu pucat jika tidak dioleskan liptint, itu semua adalah hal yang paling Nata hindari saat berada didekat Bernessa.

NAJESAWhere stories live. Discover now