7. Kekhawatiran Aldero

4.5K 267 21
                                    

Vote+komen (^~^)

Happy Reading-!!!

...

"Tidak ada seorang kakak yang tidak peduli terhadap adiknya, mereka hanya gengsi untuk menunjukkannya. Jikapun ada, maka tidak pantas untuk disebut sebagai kakak"

...

Pukul 03.00 AM

Bernessa terbangun akibat merasa sangat kedinginan, padahal ia sudah menggunakan selimut yang sangat tebal. Ia mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan punggung tangannya didahi. Merasa kurang puas, Bernessa mengambil termometer yang selalu ia simpan didalam laci, lalu mengecek suhu tubuhnya dengan alat itu, yang ternyata suhu tubuhnya kini adalah 38,6°.

"Panas banget astaga, pantesan aja pusing," lirih Bernessa.

Ia mengambil obat yang masih tersisa diatas nakas lalu meminumnya dua butir.

Perlahan rasa kantuk mulai menyerangnya kembali, keringat mengalir dari dahinya tapi kakinya terasa sangat dingin.

"Pake selimut kepanasan, nggak pake selimut kedinginan. Serba salah ih," gerutunya kesal dengan wajah yang pucat.

Akhirnya ia tidur dengan selimut hanya sebatas paha, agar adil, setengah-setengah.

🦋🦋🦋

Pagi-pagi sekali, Fares sudah mendapatkan panggilan telpon dari Bernessa. Beruntung saja ia sudah bangun, jika belum pasti tidak akan terangkat panggilan telpon itu.

"Hallo?" sapa Fares.

"Hallo, Res.."

"Ngapa, Nes? Suara lo kok gitu?" tanya Fares khawatir.

"Gapapa, tolong izinin aku hari ini ya, aku gak bisa masuk sekolah dulu soalnya mau istirahat yang full biar cepet sembuh," ujar Bernessa pelan.

Jika sudah menggunakan aku-kamu seperti ini, sudah dipastikan keadaan Bernessa memburuk. Karena saat Bernessa sedang sakit, ia tak akan sadar dengan apa kata-kata yang diucapkannya.

"Kamu... beneran gak papa kan?" tanya Fares memastikan. Ia juga mengganti gaya bicaranya agar lebih lembut.

"Iya, cuma butuh istirahat aja. Takutnya kalau aku paksain sekolah gak bakal sembuh-sembuh," jawab Bernessa.

"Mau kerumah sakit gak?" tawar Fares.

Bernessa menggeleng pelan, walaupun tak dapat dilihat Fares.
"Gak usah, dirumah aja cukup."

"Beneran?" tanya Fares lagi.

"Beneran ihhh! Kamu bawel banget sih! Aku mau bobo dulu, byee!!"

Sebelum sambungan telpon terputus, Fares sempat mendengar suara rintihan dari seberang sana. "Akh, pusing."

Tut.

Sambungan itu terputus. Fares merasa khawatir dengan keadaan Bernessa, namun tak ada yang dapat ia lakukan.

Kerumah gadis itu? Ah bisa-bisa ia diusir secara tidak manusiawi.

Lebih baik ia segera mandi, untuk bersiap-siap ke sekolah. Dengan memberikan catatannya nanti kepada Bernessa saja sudah dapat membantu gadis itu.

Di sebuah kamar bernuansa putih abu, Bernessa berusaha mati-matian menahan sakit dikepalanya.

Ia pikir setelah tadi subuh minum obat dan melanjutkan tidur, sakit dikepalanya akan berangsur menghilang. Tapi ternyata ia salah. Bukannya merasa lebih baik, ia malah merasa kondisinya makin buruk. Maka dari itu ia memutuskan untuk izin sekolah hari ini, agar ia bisa benar-benar beristirahat total.

NAJESAWhere stories live. Discover now