28. Need To Know

2.7K 198 4
                                    

YANG NASIHATIN GUE KEMARIN SIAPA WOI? KELUAR SINI, LUCU BANGET TAUUUUUUU😩😩😩

DARI GUE SIH MAKASII, ARIGATO, THANK YOU, GOMAWO, KARENA SUDAH NAIKIN MOOD BANGET BUAT UP😚💗

Vote + Komen

Happy Reading-!!!

...

"Siapa yang mau tampil duluan?"

Lagi-lagi Mis Grace melontarkan pertanyaan yang sama berulang kali tapi lagi-lagi juga tidak ada yang menjawab dan mengajukan diri. Semuanya terdiam membisu dengan tangan yang dilipat diatas meja dan pandangan lurus kedepan.

Mis Grace berdecak sebal. "Kalian kenapa sih? Kalian malu? Kalian takut?" tanyanya dan semua hanya diam.

"Kalian malu kenapa? Takut diketawain? Takut diledekin? Iya?"

Perlahan semuanya mengangguk pelan.

"Malu gak malu, kalian juga bakal tetep tampil, mau awal atau akhir. Lagian ini kalian tumben banget kalem adem ayem, kesambet? Biasanya kalian ribut, ricuh, mondar-mandir, sekarang malah kayak patung gak bergerak sama sekali. Heran saya." Mis Grace menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan siswa siswi kelas IPA 3 yang tingkahnya bisa berubah-ubah seperti bunglon.

"Kalau masih gak ada yang mau maju kita pakai sistem acak aja biar adil. Caranya mis akan tulis nomor kelompok satu sampai tujuh dikertas kecil terus nanti masing-masing satu perwakilan kelompok maju dan pilih kertas yang ada diatas meja. Nomor yang nanti kalian dapatkan itu adalah nomor tampil kelompok kalian. Paham?" ujar Mis Grace menjelaskan dan beruntungnya kali ini semua mengangguk antusias.

"Oke, silahkan masing-masing satu perwakilan kelompok maju kedepan untuk pilih kertasnya," lanjut Mis Grace kemudian merobek kertas HVS-nya dan mulai menuliskan nomor satu sampai tujuh sembari menunggu para perwakilan kelompok maju.

Gaharu menatap Mesha lama hingga akhirnya gadis itu membalas tatapannya. "Perwakilan kelompok yang maju elo ya?" pintanya.

Mesha tak menjawab, ia malah melirik Bernessa yang ada disebelahnya. "Gue yang maju nih?" tanyanya.

Bernessa mengangguk. "Iya, lo aja biar hoki."

"Gue yang maju ya?" pinta Marev.

"Ck, gak-gak! Gue aja!" tolak Gagelio.

"Gak usah berantem lo pada, gue aja udah!" ujar Yoshi.

"Gak-gak! Lo cewek diem aja, ini biar jadi urusan cowok," kata Marev.

"Lo pikir cowok aja yang boleh? Noh liat Mesha," ujar Yoshi tak terima.

"Shi mending lo nurut," cakap Gagelio.

Yoshi mendelik. "Lo ngelarang gue juga?"

"Bukan gitu.. Maksudnya itu.. Aduh gimana ya?" Gagelio jadi pusing sendiri.

"Niatnya mau buat Yoshi biar gak salah paham, eh tapi gak ada alasan!" ledek Marev pada Gagelio. Ia menatap Yoshi dengan serius. "Shi, denger ya, biarin gue aja yang maju terus ambil nomornya, pasti dijamin bakal dapet nomor terakhir," jelas Marev membuat Yoshi mencibir dalam hati.

"Kalau gak dapet nomor terakhir?" tantang Yoshi.

"Gue traktir makan dikantin," ucap Marev yakin.

"Bukti?"

"Gage saksinya!"

"Oke, setuju. Silahkan.." tutur Yoshi.

Marev langsung tersenyum angkuh dan bangkit dari duduknya berjalan kearah depan meja guru yang sudah ada enam orang berdiri berjejer dengan rapi.

NAJESANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ