9. Drop Out

3.8K 257 9
                                    

Vote, Komen, Sip!!!

Happy Reading-!!!

...

"Bahkan yang berpendidikan belum tentu bisa memanusiakan manusia"

...

Brakk

Krekk

Bertepatan dengan pintu terbuka, baju Bernessa juga dirobek semuanya hingga kancing-kancingnya terlepas dari atas hingga bawah, memperhatikan tanktop putih milik gadis itu.

Alan menoleh kesamping dan menemukan Pak Saka dengan mata yang terlihat merah menahan marah.

"ALANNN!" Bentak Pak Saka keras.

Fares yang penasaran langsung menyelip masuk dan matanya melotot menemukan Bernessa yang sudah lemas sambil melindungi dadanya dengan tangan sendiri.

"NESSA!!"

Fares cepat-cepat melepaskan baju olahraganya yang penuh keringat, membuat tubuh atletisnya bertelanjang dada. Ia langsung memakaikan Bernessa dengan bajunya asal kemudian mendekap Bernessa erat.

Bernessa tak bergeming, ia diam dengan air mata yang mengalir deras namun tak ada suara sama sekali.

"Nessa!" Fares mengguncangkan tubuh Bernessa agar gadis itu tersadar.

"Hhh." Bernessa terkesiap. Ia langsung menatap Fares kemudian memeluknya erat, seakan tak ingin ditinggalkan. Ia membenamkan wajahnya didada bidang Fares yang tidak terbaluti kain apapun. Ia takut, ia sangat trauma dengan semua ini.

"Ssstt, tenang Nessa, lo aman ada gue," ucap Fares lirih. Ia juga tak tega dan tak terima sahabat tersayangnya hampir dilecehkan seperti ini oleh si bajingan Alan.

"Di-dia jahat, Res. Aku gak suka sumpah. Tadi di-dia i-itu ma--

"Udah gak usah dibahas," potong Fares cepat. Ia tak mau Bernessa membayangkan hal tadi lagi.

Pak Saka juga tak tega melihat kondisi Bernessa yang sangat jauh dari kata baik. "Fares, bawa dia ke UKS dulu ya, suruh cewek lain bantuin ganti pakaian dia," perintah Pak Saka diangguki Fares.

Tanpa meminta persetujuan apapun ia langsung menggendong Bernessa ala bridal style. Ia tahu, pasti untuk berjalan saja Bernessa tak akan sanggup menopang berat badannya.

Ia melirik tim basketnya, memberi sebuah kode lewat mata yang langsung dimengerti semuanya.

Mereka langsung berjalan menuju Alan kemudian memberi pukulan keras bertubi-tubi secara pergantian hingga puas.

Salah satu teman Fares mengambil tangan Alan lalu memelintirnya kebelakang.

Krekk

Tidak sampai patah, mungkin hanya cidera. "Ini hadiah buat lo yang udah berani nyentuh adik kita!" ucap Dion penuh penekanan.

Sedari dulu mereka memang sudah menganggap Bernessa sebagai adik kandung sendiri. Bernessa yang seharusnya masih kelas sepuluh kecepatan masuk sekolah sehingga membuat gadis itu satu angkatan dengan mereka.

"Kenapa kagak lo patahin aja dah?" tanya Kevin kesal.

"Kasihan, nanti dia jadi letoy," ejek Dion membuat Alan mati-matian menahan malu dan sakit.

"Giliran gue sekarang, gak sakit kok cuma sakit banget doang." Kevin langsung melangkah kearah Alan yang sudah terkapar lemah.

Plak, plak, plak, plak, plak, plak, plak.

NAJESAWhere stories live. Discover now