3. Apart

6.2K 337 15
                                    

Tak bosan-bosan saya menyampaikan kepada readers sekalian untuk tidak lupa mem-vote dan meng-komen selalu.

Happy reading-!!!

...

"Kamu tidak peduli denganku, tapi ingin diperjuangkan. Kamu kira hubungan ini suatu candaan"

...

"Kak, Dero."

Bernessa terkejut mendapati pacarnya diruang UKS.

"Apa, hm?" tanyanya setelah mendudukkan bokongnya disebelah Bernessa. Tatapannya begitu tajam dan menusuk, hingga Bernessa kesulitan untuk menelan salivanya.

"Ka-kak ngapain di-sini?" tanya Bernessa takut. Ia perlahan menggeser bokongnya agar sedikit berjauhan dari cowok itu. Tapi cowok itu malah menahan pinggang Bernessa, dan menarik perlahan mendekat kearahnya.

"Ketemu pacar gue," sahut Aldero menekan setiap kata yang diucapkannya. Bernessa meneguk lagi salivanya takut-takut. Ingin rasanya ia kabur dari sini.

Aldero Dexonata, laki-laki dengan rambut hitam lebatnya yang dibelah tengah, tinggi yang hampir menembus angka 180 cm, bola mata berwarna hazel, jangan lupakan body atletis yang mampu membuat kaum hawa menjerit tertahan itu adalah pacarnya.

Pacar seorang Bernessa Queenby Gazelle.

Namun pacar itu hanyalah sebuah status semata. Ia sama sekali tidak menyukai laki-laki ini. Bahkan ia ingin sekali untuk terbebas dan terlepas dari seorang Aldero Dexonata.

Mereka berdua sudah berpacaran selama sepuluh bulan lamanya, namun bukannya makin dekat dan mesra mereka malah seperti orang asing.

Beberapa kali Bernessa meminta putus dari Aldero, namun yang ia dapatkan malah hukuman.

"Gimana rasanya pelukan sama cowok lain? Enak, Hm?" Aldero menatap tajam gadis didepannya.

Bernessa menunduk takut, tak berani menatap mata itu. Ia ingin menjawab pertanyaan Aldero, namun kenapa lidahnya terasa kelu.

"Kalau orangnya ngomong, JAWAB!!" Aldero membentak Bernessa, mencengkram dagu gadis itu dengan kasar hingga Bernessa merasakan sedikit perih karena kuku Aldero yang tertancap pada kulitnya.

"Ma-maaf," jawabnya sangat pelan.

"Gue tanya, rasanya dipeluk cowok lain gimana, enak gakk?!!"

Bernessa menggeleng, "Nggak."

Aldero mendekatkan dirinya kedepan wajah Bernessa, "Lo nggak pinter bohong, sayang." Ucapnya pelan. Namun berhasil membuat Bernessa merinding.

"Kalau lo nggak nyaman, kenapa malah lo peluk balik, bego!!" sentaknya, mencengkram kedua bahu Bernessa, lalu meremasnya kasar.

Bernessa memejamkan matanya, menahan perih dibahunya. Kenapa jika berhadapan dengan pacarnya ini ia tak pernah berani melawan.

Bernessa juga tak mengerti dengan Aldero. Jelas-jelas mereka pacaran namun cowok itu malah sering menyiksanya.

Bernessa tetap diam, diam, dan diam. Ia tidak berminat untuk menjawab perkataan Aldero. Karena percuma, kalau ia salah jawab pasti akan tetap sama. Sama-sama disiksa.

"Bisu lo? Gak bisa ngomong?"

Masih diam, tak bersuara.

Aldero menyeringai, "Lo kayaknya lagi kangen hukuman deh," celetuknya menatap mata Bernessa lekat.

NAJESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang