Sembilan belas

3.1K 407 27
                                    

Hari ini sikembar sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, karena Haidan memilih untuk pulang ke rumah Ibu kembali, akhirnya mereka pulang bersama. Sesampainya dirumah, mereka langsung membereskan barang-barang yang mereka bawa selama menginap di rumah sakit. Setelah selesai, Haidan merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya, tak lama setelah itu Ibu masuk.

“Udah diberesin semua, Na“?” tanya Ibu.

"Udah, Bu.”

Ibu mendudukan dirinya di samping Haidan, mengelus puncak kepala sang anak dengan lembut.

“Makasih ya, Nak udah mau kembali ke rumah ini.”

Haidan bangkit lalu memeluk sang Ibu dari samping. “Haidan lebih nyaman di sini sama Ibu.”

“Tapi Haidan gak boleh marah lama-lama sama Ayah, ya. Kasian Ayah, sama Mama juga. Sesekali pulang kesana juga gak papa, kasian Nana sendirian.”

Haidan hanya mengangguk di dalam pelukan Ibu.

“Pelukannya berdua aja, Abangnya gak diajak!”

Hanan tampak bersandar di depan pintu kamar Haidan, tangannya terlipat di depan dada, wajahnya menunjukan raut kesal yang dibuat-buat.

Ibu tersenyum dan melebarkan satu tangannya, memberi kode untuk Hanan agar anak itu bergabung. Sontak Hanan langsung tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar Haidan.

“Sumpah lo kaya anak kecil banget, masa iri sama kembaran sendiri.” celetuk Haidan.

Ibu memeluk kedua putranya itu dengan penuh kasih sayang, ia masih tak menyangka bahwa akan ada waktu dimana ia bisa kembali bersama dengan kedua anaknya setelah sekian lama berpisah.

“Anak-anak Ibu, sehat-sehat ya. Ibu gak mau kalian sakit lagi.”

“Kalau Hanan sih gak mungkin, Bu.” gumam Hanan lirih.

“Gak boleh bilang gitu, buktinya kemarin Abang bisa ngelewatin semua ini lagi, 'kan?”

“Udah pokoknya Abang sehat, adek juga sehat. Haidan jangan berantem-berantem lagi, ya. Lihat itu mukanya biru-biru gitu, nanti gantengnya berkurang!”

Ibu tertawa mendengar candaannya sendiri, sedangkan Haidan hanya mendengus sebal ketika sang kembaran juga ikut tertawa.

“Emang dia gak ganteng, Bu. Gantengan juga Hanan.” celetuk Hanan pede.

“Ganteng tapi gak punya pacar, percuma!” ejek Haidan.

“Lah, emang lo punya pacar?!”

“Ya gak, males. Mending sama Ibu aja.” ujar Haidan kembali memeluk sang Ibu.

•••••

Nana memandang Anton yang sedikit terburu-buru, ia terlihat berjalan kesana-kemari, terlihat sangat sibuk. Hingga akhirnya ia melihat Papanya itu menenteng kunci mobil, terlihat akan pergi.

“Papa mau kemana?” tanya Nana.

“Ke rumah sakit, jenguk Haidan.”

Nana tertawa samar, “papa gak tau ya, mereka udah pulang dari rumah sakit tadi pagi,”

Fokus Anton teralihkan, ia menatap Nana dengan penuh tanda tanya “kenapa gak ada yang bilang sama Papa?"”

Nana mengendikan bahunya tanda tidak tahu. Anton terduduk didepan Nana yang masih menatapnya.

“Na, Haidan benar-benar marah ya sama Papa, sampai-sampai dia gak ngabarin Papa sama sekali?” tanya Anton lirih.

“Pasti Haidan udah pulang kerumah Ibu.” lanjutnya.

Lost | Jeno Haechan✓Where stories live. Discover now