Dua puluh enam

3.1K 409 15
                                    

Sudah sepuluh menit Rika meninggalkan mereka bertiga di sini, namun belum ada yang membuka pembicaraan sama sekali. Rika tahu, kedatangan mantan suaminya kesini untuk menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi antara Anton dan kedua anaknya. Mungkin Anton juga ingin meminta maaf kepada keduanya, jadi ia memutuskan untuk keluar dari sana, memberi ruang untuk mereka bertiga berbicara.

“Hanan, gimana keadaan kamu?” tanya Anton membuka pembicaraan. Ia duduk di kursi yang ada di samping ranjang Hanan.

“Hanan baik-baik aja, Yah.”

Anton melirik Haidan sekilas, anak itu masih saja memasang wajah seriusnya dan melengos ketika Anton menatapnya.

“Haidan sini, Nak. Ayah mau bicara sama kalian berdua.”

Haidan menghela napas pelan, ia melirik Hanan sekilas sebelum akhirnya beranjak dari sofa dan duduk di samping Hanan.

“Ayah mau minta maaf sama kalian, Ayah tahu Ayah salah, gak seharusnya Ayah nyembunyiin ini semua dari kalian, terutama Haidan.”

“Memang betul apa yang Ayah katakan kemarin, Nana memang anak kandung Ayah sama Mama Rosa. Ayah udah menghianati Ibu, Ayah udah jahat sama Ibu, sama kalian juga.”

“Dari awal, hubungan Ayah dan Mama Rosa memang sudah salah. Ayah memang sudah mempunyai hubungan dengan Mama sebelum menikah dengan Ibu, tapi Oma kalian tidak merestui hubungan Ayah sama Mama, dan akhirnya Ayah lebih memilih menikah dengan Ibu.”

“Sebagai lelaki, Ayah salah karena tidak bisa tegas dengan perasaan sendiri. Ayah mencintai Mama dan juga Ibu, Ayah gak bisa jika harus meninggalkan salah satu dari mereka.”

“Setelah menikah dengan Ibu, Ayah masih berhubungan sama Mama. Bahkan sampai Mama menikah dengan orang lain pun kami masih setia berkomunikasi satu sama lain.”

“Sampai suatu hari, Ayah membuat kesalahan yang begitu besar. Tapi dengan gampangnya Mama menerima kesalahan Ayah.”

“Akan tetapi beberapa tahun setelah Nana lahir,  suami Mama meninggal dunia karena kecelakaan. Saat itu, Ayah juga stress memikirkan kondisi Hanan.”

“Dan sejak itu— Ya, Ayah minta maaf, Ayah salah. Kalian boleh hukum Ayah. Lakukan apapun yang kalian mau, Ayah bakal terima.”

Sepanjang Anton bercerita, Haidan tak henti mengepalkan tangannya dengan begitu erat. Segitu mudahnya Ayah menyakiti Ibu, dan sekarang dengan begitu entengnya Ayah meminta maaf.

“Kalian boleh marah bahkan benci sama Ayah, kalian berhak buat ngelakuin apa aja sama Ayah. Tapi Ayah mohon, jangan benci sama Nana ya, dia gak salah, di sini Ayah yang salah.”

“Jangan benci Mama, Ayah mohon.”

“Kalian boleh bales apa aja sama Ayah, kalian mau pukul Ayah? Boleh, lakukan apapun itu, Ayah terima, Nak.”

Anton memandang kedua anaknya secara bergantian, matanya sudah berkaca-kaca setelah mengucapkan semuanya. Jujur saja, ia menyesal dengan semua yang telah terjadi, ia sudah memikirkan semua ini, mulai sekarang, ia ingin berdamai dengan semuanya.

Hanan meraih tangan sang Ayah dan menggenggamnya dengan lembut.

“Ayah, Hanan udah tahu semuanya. Hanan gak benci sama Ayah. Hanan udah maafin Ayah dari dulu.” ucap Hanan tersenyum kepada sang Ayah.

“HANAN?!!”

Haidan memandang Hanan tak percaya, kenapa dengan mudahnya Hanan memaafkan sang Ayah, padahal selama ini ia yang sudah menjadi korban akibat semua perbuatan Anton.

“Hanan kenapa gak marah sama Ayah, Hanan boleh pukul Ayah, Hanan boleh lakuin apa aja sama Ayah, ayo, Nak. Ayah udah jahat sama kamu.”

Hanan menggeleng, "gak, Yah. Hanan cuma minta Ayah sayang sama Hanan, kaya Ayah sayang sama Nana dan juga Haidan.” lirih Hanan.

Lost | Jeno Haechan✓Where stories live. Discover now