Dua puluh tiga

3.1K 425 25
                                    

Anton melempar ponselnya asal, ia kembali marah saat mengetahui Nana pergi bersama Haidan, menginap di rumah Ibu. Kenapa ketika dirinya berusaha untuk bersikap lebih baik kepada ketiga anaknya, mereka semua malah lebih berpihak kepada mantan istrinya itu.

Ya, ia akui, ini semua memang salahnya tapi apakah tidak ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya?

“Gimana, Mah? Nana udah bisa dihubungi?” tanya Anton ketika melihat sang istri baru saja masuk kedalam kamar.

“Belum, Pah. Biarin aja dulu, toh Nana ikut sama kakaknya, dia di rumah Rika, 'kan?" ujar Rosa tenang.

Anton mengangguk, “nanti aku jemput dia,”

“Pa, jangan, ya. Nanti yang ada kamu ribut disana.”

“Gak, Mama tenang aja.”

“Tapi kalau Nana gak mau pulang jangan dipaksa ya, jangan bikin keributan di sana. Aku gak enak sama Rika, kamu juga belum siap buat kasih tau sikembar tentang masalah ini, 'kan?”

Anton kembali mengangguk, entahlah ia bisa memegang omongannya terhadap sang istri atau tidak, ia juga tidak tahu, yang terpenting sekarang ia harus membawa Nana pulang terlebih dahulu, ia khawatir Nana sudah menceritakan semua itu terlebih dahulu kepada kedua anaknya yang lain.

Sesuai dengan apa yang dia katakan tadi siang. Sore ini Anton pergi menuju rumah mantan istrinya itu sendirian, sebelumnya ia sudah menawarkan kepada Rosa agar istrinya itu ikut, tapi dia menolak dengan alasan tidak enak hati dengan Rika. Akhirnya, ia pergi seorang diri.

Anton menghela napas panjang sebelum mengetuk pintu kayu berwarna coklat itu, ia mengetuk beberapa kali, namun tidak ada jawaban dari dalam. Sampai akhirnya pada ketukan berikutnya, terdengar suara kunci yang diputar dari dalam, tak lama setelah itu pintu itu terbuka. Menampilkan sosok Rika yang memakai baju setelan panjang.

Rika sedikit terkejut melihat kedatangan mantan suaminya itu, dengan raut wajah yang kaku, ia bertanya, “Ada apa sore-sore kesini, Mas?”

“Aku mau ketemu sama Nana, dia ada disini, 'kan?”

Rika mengangguk, “masuk dulu, Mas. Aku panggilin Nana dulu diatas.”

Bagaimanapun juga ia adalah tamu yang harus dilayani, 'kan?

Anton duduk di ruang tamu, sungguh tiba-tiba saja ia menjadi sangat canggung. Sembari menunggu, ia melihat-lihat setiap foto yang Rika pajang di sana, foto kedua anaknya ketika mereka masih kecil dulu, tentunya saat mereka masih bersama. Ia sedikit tertegun melihat putra kembarnya yang terlihat bahagia ketika bersama, ada sedikit rasa bersalah hinggap dihatinya, ia sadar ia yang sudah merenggut semua senyum manis kedua anaknya. Ia jahat, ia egois.

Fokusnya teralihkan ketika anak yang ia tunggu itu datang, terlihat Nana sedang berjalan menuruni tangga bersama Rika. Diatas sana ada Hanan dan juga Haidan yang menatapnya, ah pasti tadi mereka sedang bermain bersama.

“Papa ngapain kesini?” tanya Nana ketus.

“Mau jemput kamu.” jawab Anton santai.

“Aku gak mau pulang, Pah. Aku mau disini dulu sama Haidan,”

“Na, gak enak kamu nginep lama-lama disini, Papa gak enak sama Ibu.”

Lost | Jeno Haechan✓Where stories live. Discover now