Tiga puluh enam

3.2K 424 7
                                    

Ibu meletakan beberapa barang keperluan Haidan selama di rumah sakit ke atas meja. Di belakangnya ada kedua anak kembarnya dan juga Nana. Ya, Haidan baru saja di perbolehkan pulang dari rumah sakit hari ini.

“Dan, gue langsung balik ya. Tadi Mama minta gue nganterin pergi sebentar.”

“Nana gak makan dulu?”

“Gak, Bu. Nanti Nana makan sama Mama aja.”

“Ya udah hati-hati, ya. Makasih loh udah jagain Haidan.”

“Sama-sama, Bu. Nanti Nana main kesini lagi deh. Dan, gue balik ya.”

“Makasih ya, Na. Hati-hati lo di jalan.”

“Nan?” Nana memanggil Hanan karena melihat anak itu hanya terdiam, bahkan saat ia berpamitan.

Hanan yang sedang duduk terdiam itu menoleh, “hati-hati, Na. Salam buat Ayah.”

“Oke.”

Nana beranjak keluar dari sana.

Hanan menghela napas pelan, “Hanan ke kamar dulu ya, Bu.«

Ia beranjak dari ruang tengah, berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di atas. Haidan menatap sang kembaran sedikit heran.

“Abang kenapa, Bu?”

Ibu menggeleng pelan, “mungkin Abang mau istirahat dulu, Dan.”

Haidan merasa ada yang aneh dengan kembarannya, akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Hanan ke atas.

“Bu, Haidan ke atas dulu, ya.”

Ibu hanya mengangguk.

“Nan, lo tidur ya?” Haidan mengetuk pintu kayu tersebut berkali-kali namun masih belum ada jawaban.

“Nan, gue masuk, ya?”

Haidan membuka pintu kamar Hanan dengan pelan, namun kamar itu sepi. Haidan berjalan menyusuri kamar Hanan, ternyata Hanan ada di dalam kamar mandi, terbukti dengan pintunya yang ditutup dengan rapat, dan juga suara air mengalir.

Haidan memutuskan untuk menunggu sang kembaran sembari duduk di atas kasur Hanan. Tak lama setelah itu, Hanan terlihat keluar dari kamar mandi dengan rambut dan juga wajahnya yang basah, sepertinya anak itu habis mencuci muka.

“Loh, kok lo disini?” tanya Hanan menghampiri Haidan.

“Lo gak papa, 'kan?” tanya Haidan to the point, pasalnya ia melihat wajah Hanan yang sedikit pucat.

“Gak papa. Emang kenapa?”

“Gak, lo kaya lemes banget tadi. Gue takut lo sakit.”

Hanan terkekeh, “gue emang sakit, Dan.”

“Bukan gitu, maksud gue lo gak kambuh, 'kan?”

“Gak, cuma capek aja.”

Haidan diam memandang Hanan yang sepertinya berbeda dari biasanya. Anak itu tampak tak bersemangat, wajahnya terlihat sedikit lebih kuyu dengan mata sayunya yang terlihat jelas bahwa Hanan sedang lelah.

“Lo kayanya emang lagi capek banget, ya udah istirahat aja deh. Gue keluar dulu.”

“Lo yang istirahat, baru juga pulang dari rumah sakit.”

Haidan hanya mengangguk dan berlalu, keluar dari kamar Hanan. Bukannya istirahat seperti apa yang Hanan perintahkan, Haidan malah kembali turun ke lantai bawah, menyusul sang Ibu yang sedang duduk santai di ruang tengah.

“Ibu.”

Ibu menoleh, “loh, katanya mau istirahat. Abang mana?”

“Hanan ada di kamar, capek banget kayanya. Biarin, biar istirahat dulu.”

Lost | Jeno Haechan✓Where stories live. Discover now