Dua puluh dua

3K 413 11
                                    

Ayah, maaf kita gak bisa nemuin Ayah hari ini. Haidan sakit.

Hanan kembali meletakan ponselnya setelah mengirim pesan kepada sang Ayah. Ia melirik Haidan yang kembali tertidur setelah di paksa untuk meminum obat obat oleh sang Ibu.

Haidan yang selalu berusaha terlihat baik-baik saja itu akhirnya harus menyerah setelah ia mengeluarkan semua isi perutnya selepas sarapan bersama sang Ibu dan juga Hanan. Ibu yang tidak tahu jika sang anak sakit pun langsung panik melihat Haidan seperti itu.

Ibu sempat memaksa Haidan agar anak itu mau ke rumah sakit, Ibu khawatir pasalnya suhu tubuh Haidan benar-benar tinggi, tapi bukan Haidan namanya jika tidak keras kepala, ia menolak usul Ibu dan memilih untuk beristirahat di rumah dengan syarat Ibu harus selalu menemaninya.

Benar saja, sedari tadi Haidan selalu merengek ingin ditemani sang Ibu, membuat Ibu geleng-geleng kepala melihat tingkah manja sang anak. Baru setengah jam yang lalu Ibu bisa terbebas dari sifat manja Haidan karena anak itu tertidur.

Sangar diluar doang, dalemnya hello kitty.” gumam Hanan pelan.

Hanan yang merasa tubuhnya juga lelah akhirnya memutuskan untuk ikut berbaring di samping sang kembaran dan tertidur bersama.

•••••

Haidan memakai kemeja lengan panjangnya dan mematut dirinya di depan cermin, ia terkekeh ketika melihat wajahnya yang masih sedikit pucat. Di pagi hari seperti ini, ia terpaksa pergi kerumah sakit untuk menemui dokter kenalannya, ia akan memeriksakan diri setelah merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya, jujur saja ia merasa tidak nyaman dengan sakit yang akhir-akhir ini ia rasakan.

“Dok, emang harus gini banget ya pemeriksaannya?”

Haidan baru saja diambil darahnya untuk keperluan pemeriksaan.

“Saya gak bisa pastiin hanya dengan mendengarkan segala keluhan kamu, Haidan. Saya butuh sampel darah kamu supaya hasilnya lebih jelas.”

“Ada sesuatu yang serius gak sih, dok?”

“Saya gak bisa mengatakan apapun sekarang, kamu tunggu saja hasilnya.”

“Apa yang dokter katakan waktu itu bisa terjadi?”

“Haidan, walaupun saya dokter, saya tetap harus melakukan tes terlebih dahulu untuk mendiagnonis suatu penyakit, apa yang saya katakan hanyalah praduga saja, dan semoga memang tidak akan terjadi.”

“Sekarang bagaimana keadaan kamu, Haidan. Apa yang membuat kamu memutuskan untuk memeriksakan diri, bahkan sebelumnya kamu menolak usul dari saya?”

“Akhir-akhir ini saya merasa gak nyaman sama tubuh saya sendiri, dok. Gak tau kenapa sekarang saya jadi sering ngerasa pusing, saya kira itu cuma gara-gara pukulan di kepala saya waktu itu, tapi ternyata saya juga merasa badan saya lebih mudah lelah.”

“Beberapa hari yang lalu saya juga sempat demam, dok.”

Dokter Tama tersenyum mendengar ucapan Haidan, akhirnya pasien yang satu ini mau untuk jujur akan kondisinya, setelah sebelumnya Haidan selalu berkata bahwa ia baik-baik saja, “untuk saat ini kamu harus banyak istirahat, kurangi rokok dan minuman haram kamu Haidan. Apalagi obat-obatan itu, saya mohon jangan konsumsi itu lagi.”

Lost | Jeno Haechan✓Where stories live. Discover now