Chapter IV : Konsultasi adik

250 40 5
                                    

Jangan lupa vote sama komen🥰

5 Januari

Gadis yang biasa dipanggil dengan panggilan Adya menatap Vabio High School yang sudah sepi, hanya ada beberapa siswa yang masih berada di ruangan untuk mengikuti ekstra kurikuler sekolah.

"Lama," dengus Adya kesal, dia mulai mencari kontaknya untuk di hubungi.

Disaat Adya sibuk menghubungi seseorang sebuah mobil Mercedes-Benz EQS berhenti di depan gerbang VHS.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi keluar dari mobil mewah tersebut, dia menatap Adya yang menatapnya kesal.

"Maaf." Lirih Arvian—kekasih Adya, dia menunduk memperlihatkan betapa menyesalnya dia.

"Jam tangan lo rusak?" Dengan sarkas Adya bertanya kepada Arvian.

Arvian menggenggam tangan Adya, dia menatap wajah kekasihnya yang sangat datar. "Tadi ada urusan yang ngedadak banget Lily, maaf ya?" Pintanya pada Adya.

Dengan mendengus Adya balas menatap tatapan mata Arvian, tangannya yang digenggam Arvian segera dia tepis.

"Gue naik taxi aja," putus Adya.

Melihat kekasihnya yang bete, Arvian menahan Adya, dia menarik kekasihnya itu untuk masuk ke mobil miliknya. "Lily yang cantik gak baik marah-marah, nanti cepet tua loh."

"Naik dulu ya sayang, aku mau ngajak Lily yang cantik ini ke suatu tempat," bujukan yang di ucapkan Arvian berhasil meluluhkan hati Adya, Arvian membukakan pintu untuk Adya masuk ke kedalam mobil.

"Cuman sama bang Arvian kak Adya bisa ekspresif itu," Dharma berkomentar, dia mengemut permen kaki.

Alden menganguk-anggukkan kepalanya. "Kak Adya itu sebenarnya cantik banget kalau senyum, cuman ya gitu... dia cuman pernah masang muka datar sama marah doang kalau di sekolah," sahutnya.

Bagaimana Alden dan Dharma mengenal Arvian? Karena mereka melihat Arvian setiap menjemput Adya.

Sejak tadi memang Xavier, Alden dan Dharma berada di parkiran sambil menatap interaksi antara Adya dan Arvian.

"Pulang," ucap Xavier, Dharma dan Alden mengangguk, mereka segera naik ke motor masing-masing.

***

Xavier menatap lelah pada layar handphonenya yang menampilkan percakapan anggota Black Diamond. "Bang, gimana sih rasanya jadi anggota geng?"

Sedikit terkejut dengan Alden yang tiba-tiba berucap, Xavier menatap Alden.

"Lo pengen masuk geng?" Tanya Xavier, dia meletakkan handphonenya  di atas kasur.

Alden duduk di samping Xavier. "Hm, gue di tawarin," jawabnya dengan tangan mengelus dagu.

"Rasanya— gak tau gue mau bilang gimana, cuman lo harus inget, ketika lo milih masuk geng maka orang di sekitar lo dalam bahaya."

Tatapan dari Xavier membuat Alden terdiam, dia menatap jendela yang memperlihatkan langit malam. "Apa Damara bakal keseret kalau gue ada masalah sama geng lain?" Xavier mengangguk.

Who is she? [TAMAT]Where stories live. Discover now