Chapter XXII : Tidak Mudah

114 15 31
                                    

Jangan lupa vote sama komen 🫂

"Seberapa besar pun kamu memilikinya, semuanya akan tetap kembali ke tempat pulang sesungguhnya. Karena, ending sesungguhnya dalam kehidupan adalah sebuah perpisahan."

🥀

Arion menghela panjang melihat gadis yang sangat tenang memejamkan matanya. "Adya," panggil Viola dari arah pintu bersama Ryan disampingnya.

"Lo aman?" Viola bertanya dengan raut yang sangat khawatir dan hanya dijawab anggukan kepala gadis itu.

Bertepatan dengan itu, Seorang perawat masuk lalu melepaskan alat yang menempel pada Adya, setelah semua selesai Adya mengajak mereka kembali ke ruang yang masih ditempati Arvian.

Dapat Viola lihat Adya lebih banyak diam, walau selama ini Adya memang sering diam.

Ia cukup kaget mendengar kabar dari Arion bahwa Arvian mengalami kecelakaan yang cukup parah.

Tatapan Adya terpaku pada pintu ruang ICU yang masih tertutup rapat.

Tidak lama seorang dokter keluar dari ruang ICU, dengan cepat mereka mendekati sang dokter untuk bertanya tentang kondisi Arvian.

Dokter tersebut mengajak Kinara yang berstatus sebagai ibu dari Arvian untuk keruangannya.

Adya, Viola, Arion dan Ryan lantas mengikuti perawat yang membawa Arvian kekamar VIP setelah mendapat izin dari dokter.

Langkah kaki Adya terasa sangat berat mendekati brankar keka- ah ralat, mantan kekasihnya yang biasanya banyak mengeluarkan kosa kata hari ini terbaring lemah diatas brankar dengan mata tertutup rapat.

Ketika air kembali jatuh dari matanya Adya dengan cepat mengusap kasar pipinya.

Viola, Arion dan Ryan yang faham dengan situasi lantas memilih untuk keluar kamar tersebut membiarkan Adya bersama Arvian.

"Lo.... jahat," lirih Adya, tangannya menggenggam tangan arvian erat. Air mata Adya kebali jatuh, dia sebisa mungkin menahan diri agar tidak terisak.

Tidak lama pintu terbuka memperlihatkan Kinara, Ia hanya berdiri didepan pintu melihat Adya yang tubuhnya bergetar hebat, air matanya ikut jatuh melihat kondisi Arvian yang berbeda.

Sejak dulu Arvian sangat mudah tersenyum dan tertawa, bahkan putranya itu bisa dengan radomnya mengajak bicara karya lukisannya, tapi hari ini putranya terbaring lemah di sana, tak ada ocehannya apalagi tawanya.

Dua kali tangan Kinara menepuk bahu Adya.

"Kalau memang dia seperti yang kamu kira, kamu harus ikhlas sama yang terjadi, ya?" Adya mengangkat wajahnya mendengar pertanyaan dari Kinara, Ia tidak tahu harus menjawab pertanyaan Kinara seperti apa.

Adya lantas memeluk Kinara dengan sangat erat, tidak ada isakan dari gadis itu, tapi terlihat jelas tubuh bergetar Adya.

Viola menutup mulutnya sendiri ikut merasa sesak dengan pemandangan dihadapannya.

Bagi Adya dirinya tidak akan sanggup menerima kenyataan pahit yang bisa saja menimpanya.

Keheningan menyapa mereka yang ada di dalam kamar, semua terlalu larut dalam lamunan masing-masing.

Who is she? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang