Chapter L : Perlahan Menerima

57 5 0
                                    

"Memang, cara terbaik menghapus luka adalah dengan menghapus kebencian yang ada di dalam diri."
*Adya L.A*

🥀

Setelah kejadian tadi malam, entah mengapa sikap Brisia agak over terhadapnya.

Sekarang saja Adya dibuat mendengus ketika pagi-pagi sekali Brisia sudah ada di depan kamarnya dengan pakaian rapi, siap untuk sekolah.

"Ayo kita sarapan, kak." Ajaknya menarik pergelangan tangan Adya.

Namun Adya dengan cepat menepisnya, dia menatap tajam Brisia. "Jangan pegang-pegang," marahnya menepis tangan Brisia.

Dia berjalan meninggalkan Brisia yang mengejarnya. Brisia sempat berteriak menahan agar Adya menunggunya, tapi Adya terus berjalan cepat.

Seperti biasa dia menggunakan mobilnya berwarna hitam mengkilap menuju VHS.

"Ngapain lo?" Desis Adya.

Dia menatap tajam Brisia yang duduk disampingnya dengan begitu tenangnya. "Aku numpang lagi, ya kak?" Tanyanya sambil memasang puppy eyes.

"Minta anter sama mang Eda, sana!" Usir Adya tidak ingin lagi memberikan tumpang pada Brisia.

"Gak! Aku maunya sama kak Adya," tolaknya.

Malas menanggapi, Adya segera melajukan mobilnya meninggalkan kawasan rumahnya.

"Kak Adya belum makan, kan?" Tanya Brisia untuk kesekian kalinya.

Dan Adya tidak menanggapi sama sekali.

"Kan kak Adya harus minum obat, gimana kakak minum obat kalau perut kakak ga di isi?" Tanya Brisia sarat akan kekhawatiran.

Adya mendengus malas, dia melajukan mobil lebih cepat agar bisa secepatnya menjauh dari sosok Brisia yang menurutnya begitu berisik.

"Terus kalau kakak gak minum—"

"Bacot," umpat Adya merasa telinganya sudah sangat panas.

"Iya-iya, maaf deh, tapi kak Adya makan dulu, nih," cerosos Brisia.

Dengan kesal Adya membuka mulutnya dan menerima sodoran roti dari Brisia, dia kembali memilih untuk mengikuti keinginan Brisia.

Setelah menghabiskan roti yang diberikan Brisia, mobil juga sampai di gerbang VHS. Sebelum Adya turun dari mobil, Brisia menahan Adya.

"Minum obat kakak dulu," tahan Brisia menyodorkan obat Adya.

Sebelah alis Adya terangkat.

"Obatnya ketinggalan dimeja makan tadi malam, untung Om Bram gak liat," beritahu Brisia.

Setelah melihat Adya mengangguk, Brisia segera turun dari mobil Adya, dia senang kakaknya kali ini bersikap lebih baik dari kemarin.

"Thanks," kata Adya menghentikan Brisia yang akan menutup pintu mobil.

Namun, setelah mengatakan satu kalimat itu, Adya segera turun dan pergi meninggalkan Brisia yang terdiam di tempat.

"Kak... kak Adya bilang makasih?!" Pekiknya, dia jingkrak-jingkrak bahagia menyadari bahwa Adya perlahan-lahan mulai menerimanya.

6 April 2024

"Itu x-nya 300, Viola!" Seru Ryan ketika melihat hasil hitung Viola yang menurutnya salah.

Di siang yang cerah itu ke-empat sahabat itu berkumpul di Cafe Bima Sakti, bahkan di sana juga ada Xavier dan teman-temannya.

"LAH! Bukannya -350?!" Balas Viola  melihat hasil miliknya yang berbeda jauh dengan milik Ryan.

Who is she? [TAMAT]Where stories live. Discover now