Chapter XLIV : Menyembuhkan Trauma

60 6 0
                                    

"Kalau udah waktunya gue pergi, lo harus ikhlasin gue, Xav."

*Adya Lysithea Alexandra*

🥀

17 Maret 2024

"Gue udah di depan," ucap Xavier di sambungan telepon.

Setelah mengatakan tiga kata itu, dia langsung mematikan sambungan, dan Adya dengan segera pergi berjalan ke tempat di mana Xavier menunggunya di atas motor.

Laki-laki itu terlihat cukup keren dengan jaket kulit yang melekat di tubuhnya, beberapa helai rambutnya terlihat menutupi mata tajam laki-laki itu.

"Jangan di liatin terus, nanti naksir," canda laki-laki itu balas menatap Adya yang menelisik tampilannya.

Decakan keras terdengar dari Adya. "Ck, geer," cibir Adya.

Xavier terkekeh kecil, dia mengacak gemas rambut Adya membuat rambutnya yang tadi sudah tertata rapi ambyar seketika.

Kok hati gue ikut berasa di acak-acak? Batin Adya mulai melamun.

"Hei, malah ngelamun," tegur Xavier, dia menyodorkan satu helm pada Adya.

Namun Adya yang masih melamun tidak menjawab panggilan, merqsa tak akan dijawab Xavier lantas langsung memasangkan helm pada gadis itu.

Adya sontak tersentak kaget, dia menatap manik mata hitam itu dengan kesal.

Namun, tatapan kesal itu menghilang ketika dia malah terpaku dengan manik mata hitam legam milik Xavier.

Beberapa saat mereka berdua sama-sama terdiam. Indah, selalu indah, batin Xavier ketika dapat melihat manik biru laut terang milik Adya.

Acara tatap-tatapan itu terhenti ketika dering ponsel datang menganggu mereka.

"Lama amat," Suara ketus menyapa gendang telinga Xavier. Dia sontak menghela nafas sabar.

"Gue otw," ucapnya, lalu tanpa babibu di segera mengajak Adya menuju tempat yang sudah sangat lama tidak gadis itu kunjungi.

Desiran ombak terdengar ketika motor itu mulai memasuki kawasan pantai, beberapa kali ada ragu yang hadir di benak Adya.

Beberapa kali dia menarik dan menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan diri.

Mereka sudah sampai. Di depan sana terlihat pasir yang indah di tambah deburan ombak yang menggulung.

"Sanggup?" Tanya Xavier yang malah memupuk ragu dalam diri Adya.

Dengan lembut laki-laki di sampingnya itu menautkan jari mereka, dia lantas menarik Adya pelan agar bergerak mendekati pantai.

Semakin Adya dekat dengan air laut, semakin berat langkahnya menuju ke sana.

Telinganya tiba-tiba berdengung, tidak lama umpatan, caci maki, dan ujaran kebencian terdengar memenuhi indra pendengaran gadis itu.

"PEMBUNUH!"

"PEMBAWA SIAL!"

"BODOH!"

"ANDAI SAYA BISA! SAYA AKAN MATIAN-MATIAN MEMOHON PADA TUHAN AGAR KAMU TIDAK LAHIR KE DUNIA INI!"

"Iri kamu sama Rio? IRI HAH?! Sampai-sampai kamu membunuhnya!"

Who is she? [TAMAT]Where stories live. Discover now