Chapter VIII : Pacarku dong.

179 35 18
                                    

Jangan lupa vote sama komen

13 Januari

Arvian tersenyum hangat ketika dia melihat kekasihnya yang memasang wajah lelah.

"Selamat pagi mbak, kok mukanya datar gitu? Ada masalah?" Canda Arvian membuat Adya mendengus kesal, dia menampar kencang bahu kekasihnya itu.

Wajah cemberut dari Adya membuat Arvian tersenyum semakin lebar. "Pacar gue lucu banget sih?" Godanya tapi tidak membuat Adya senang.

"Gue baru tau kalau orang yang punya label sebagai ketua BEM gak punya sikap disiplin," sindiran pedas Adya keluarkan, dia bete karena sudah terlalu sering di suruh menunggu kekasihnya itu.

Arvian terkekeh kecil, tangannya mengusap kepala Adya lembut. "Maaf ya cantik, tadi temen gue tiba-tiba drop, jadi gue harus bawa dia ke rumah sakit dulu."

Adya memicingkan matanya. "Selingkuhan lu ya?"

"Sembarangan," jawab Arvian cepat, bagaimana bisa kekasihnya mengatakan hal seperti itu dengan enteng.

"Oh, gue kira beneran ada yang lain selama di univ lo."

"Gak, lo satu-satunya, selamanya." Dengan yakin Arvian menatap manik mata biru milik kekasihnya, dia mengatakan dari tatapannya bahwa dia sangat menyayangi Adya.

Dengan menggenggam tangan Adya lembut, Arvian menarik Adya agar naik ke dalam mobil yang dia bawa.

***

"Adya, nambah cantik aja kamu."

Senyum manis terukir di bibir Adya ketika sebuah pujian di lontarkan oleh Kinara -bunda Arvian- kepadanya.

"Maaf ya Bunda hari ini gak bisa nemenin kamu, soalnya Bunda udah ada janji sama temen arisan," sesal Kinara, dia padahal sangat ingin mengajak Selena memasak bersama.

"Arvian, jangan macem-macem kamu sama calon mantu Bunda ya!" tegas Kinara menatap Arvian dengan penuh peringatan.

Arvian mengangguk patuh, dia dan Adya menyalami tangan Kinara sebelum Kinara pergi.

"Hati-hati ya bun."

***

Setelah kepergian Kinara, wajah Adya kembali datar dan masih menatap bete pada Arvian.

"Masih kesel sama pacarnya nih ceritanya?" Tanya Arvian sambil mendekat ke arah Adya yang menjauhinya.

Adya mulai berlari membuat Arvian dengan cepat mengejarnya. "Sini cantik, main om yuk," ajak Arvian membuat Adya yang berlari bergidik ngeri.

"MIRIP BANGET SAMA CARA NGOMONG OM PEDOFIL LO!"

Tawa lepas Arvian terdengar memenuhi seluruh ruangan. Ketika dia sudah dekat dengan Adya dengan cepat dia menangkap kekasihnya itu lalu menggelitikanya.

Merasakan geli karena gelitikan Arvian Adya tertawa. "Hahaha, ampun Ar, geli!" Teriaknya karena terus digelitik kekasihnya.

Arvian berhenti menggelitik kekasihnya, dia tersenyum melihat tawa Adya. Selalu seperti ini ya Ad, tawa lo itu indah.

"Kenapa?" Tanya Adya di tatap Arvian seperti itu.

Arvian menggeleng, mereka memilih untuk melanjutkan acara mereka dengan nonton.

Jangan dipikir mereka berdua akan menonton film romantis seperti Dilan atau Maripossa, dua orang itu bukan pecinta film romantis. Buktinya sekarang mereka menonton film pengabdi setan 2 dengan begitu khidmat.

"Laper gak?" Tanya Adya setelah film itu berlalu, dia menatap Arvian yang sejak tadi sibuk mencari film selanjutnya.

Menganggukan kepalanya, Arvian berdehem.

"Mau makan apa?"

"Sop sayur, sama tempe tepung," jawab Arvian cepat, dia juga terlihat berbinar saat mengatakan keinginannya.

"Gue bikinin dulu, nanti gue panggil kalau udah selesai."

Adya berjalan ke arah dapur, mengapa Adya memakai dapur padahal orang tua Arvian tidak ada? Karena Adya memang sudah biasa melakukannya di rumah Arvian. Dia menyiapkan bahan makanan yang akan dia masak.

Dengan telaten dia memotong dan masukkan kentang dan wortel ke dalam panci, dia juga memasak tempe yang dibalut tepung.

Aroma masakan Adya memasuki indra penciuman Arvian.

Kruk

Arvian terkekeh mendengar suara perutnya, untung saja Adya sedang memasak di dapur, jika tidak bisa ditertawakan habis-habisan dia oleh Adya.

Adya mulai mengambil nasi yang sudah di masak. Disaat kegiatannya itu Arvian tiba-tiba mangapit lehernya dengan erat.

"Heh! Gak bisa gerak gue!" Pekik Adya ketika tangan Arvian mengapit lehernya dan tangan lainnya menepuk-nepuk kepala Adya.

"Itu tempe entar gosong kalau gak lo lepas," ancam Adya membuat Arvian langsung melepasnya.

Arvian menatap kesal kekasihnya, lalu mencibir dengan suara agak keras, "gak seru ah, mainnya ngancem."

Adya terkekeh pelan.

"Ngapain lo berduan disini?" Suara dingin menyapa gendang telinga Adya dan Arvian membuat acara persiapan makan mereka terhenti.

"Harusnya gue yang nanya, ngapain lo pulang? Ganggu orang pacaran aja," sinis Arvian membuat Arion mendengus.

"Gak macem-macem 'kan lo berdua?"

"Yakin gue kalau gue macem-macem sama ni orang— paling tangan gue kepotong," imbuh Arvian dengan helaan nafas, dia bergidik ngeri memikirkan tangannya yang di potong oleh kekasihnya.

"Gue juga yakin, lo bakal selalu jaga gue."

Arion berdecih dengan lontaran kata-kata manis dari dua insan dihadapannya. Dia langsung duduk di meja makan dan memakan masakan buatan Adya.

"Punya gue woy!" Teriak Arvian, dia segera duduk di samping Arion menunggu makanan yang diambil ulang oleh Adya.

Setelah menyiapkan makan untuk Arvian dan dirinya, Adya mulai memakan masakan buatannya.

"Gimana?" Tanya Adya pada Arion dan Arvian.

"Enak."

"Buatan siapa? Pacarku dong!" Arvian berseru membuat Adya kembali terkekeh kecil, hanya Arvian yang bisa membuatnya tersenyum seperti ini.

Arion menatap interaksi kakaknya dan Adya sejak tadi, dia bisa melihat sisi cerewet Adya jika sudah bersama Arvian.

Kenapa rasanya sikap kalian berdua terasa aneh di mata gue? Batin Arion sambil menonton film romantis di depannya.

"Thanks makanannya," ucap Arion dan berlalu meninggalkan kedua pasangan itu berduaan di meja makan.

121123

Jujurly gw ngetik buat nabung, jdi gw bisa tetp up wlu lagi sibuk. (sok sibuk..)🙏🤣

Who is she? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang