Chapter XI : Indah

140 32 16
                                    

15 Januari

Xavier berjalan menyusuri lorong VHS yang sudah sunyi, sudah setengah jam lalu sejak bel pulang sekolah berbunyi, tapi Xavier masih berada di VHS karena harus menunggu adek tersayangnya itu.

Mulai jengah dengan keadaan yang memuakkan itu Xavier berniat kembali ke parkiran dan meninggalkan Alden yang menyusahkannya.

Aldn

W dluan
16.35

Itu pesan yang Xavier tinggalkan sambil terus berjalan melewati gedung serba guna. (udh kek tepung..)  Tapi ditengah jalan langkah kakinya tiba-tiba dihentikan oleh sebuah suara salah satu alat musik mahal.

Alunan yang semula terdengar lembut dan sangat menenangkan perlahan menjadi suara penuh amarah yang sangat cepat dan memekakkan, Xavier merasa tertarik mendengar permainan dari not piano itu. Permainan itu sangat memperlihatkan emosi sang pianis. Indah tapi penuh cerita, itu yang ada di pikiran Xavier ketika mendengarnya.

Xavier mungkin bukan orang yang rela mengorbankan uang untuk mendengar hal seperti ini, tapi Xavier terlahir di keluarga yang mencintai musik classic dan seni. Sebab itu dia memahami makna dari permainan musik yang didengarnya.

Mata Xavier menangkap sosok yang tengah bermain piano di tengah ruang musik yang besar, mungkin orang yang berada di dalam lupa menutup pintu karena memang pintu ruang musik terbuka sedikit.

"Adya," gumam Xavier ketika sadar bahwa orang yang membelakangi pintu adalah teman sebangkunya alias Adya.

Perlahan permainan Adya kembali menjadi lembut, melodi sedih kembali membuat Xavier hanyut, matanya terpejam menikmati alunan melodi yang menyapa gendang telinganya, tanpa sadar sudut bibirnya sedikit terangkat.

Pantas saja dia menjadi juara kompetisi piano, permainannya mampu menghanyutkan pendengar, Batin Xavier. Setelah merasa cukup lama mendengarkan permainan Adya, Xavier berbalik dan kembali ke tujuan awalnya.

***

Adya berhenti ketika dia merasa cukup dengan permainannya. Dia melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 17.20 PM. Dia merapikan piano yang sudah digunakan lalu keluar ruangan tidak lupa mengunci ruangan.

Lorong-Lorong yang Adya lewati begitu sepi, yang terdengar hanya lalu lalang kendaraan dari jalan raya, tapi suara itu pun masih kurang kedengaran karena dia masih di gedung serbaguna yang posisinya paling jauh dari jalan raya.

Ketika telah berada di depan parkiran, dapat Adya lihat masih ada sekitar lima motor. Merasa mengenali motor itu Adya berjalan ke arah parkiran motor. Arion belum pulang, Batin Adya. Dia kembali ke arah mobilnya dan meninggalkan kawasan Vabio High School.

***

Di mobil Xavier hanya terdengar musik indonesia yang dinyanyikan oleh seorang Penyanyi indonesia bernama Afgan, musik dengan nada melankolis itu selalu berhasil membuat pendengarnya dapat merasakan suasana melow.

Mengapa Tuhan pertemukan?
Kita yang tak mungkin menyatu.

Ketika musik berada di reff Xavier mengikuti lagu indah itu, dia menikmati suara indah yang menyapa gendang telinga, seulas senyum terbit di bibirnya, ada rasa sedih di hatinya mengiringi lagu berjudul 'Ku dengannya kau dengan dia' itu.

Who is she? [TAMAT]Where stories live. Discover now