Chapter XII : kagum

137 32 25
                                    

17 Januari

Entah kenapa sudah semenjak Xavier memasuki kamarnya pikirannya terus memutar permaian piano dari Adya, ada rasa kagum di hatinya melihat kepiawaian permainan teman sebangkunya itu.

"Bang," panggil Alden dari balik pintu.

"Masuk."

"Ngelamun lo? Dari tadi gue panggil," dumel Alden melihat abangnya yang duduk di meja belajarnya. Kamar Xavier itu kurang lebih seperti anak cowo pada umumnya, cuman agak lebih bersih dikit.

"Gak."

Mata Alden memicing, dia menatap Xavier yang masih sok sibuk dengan handphonenya, tapi jelas Alden liat sebentar-sebentar Xavier tersenyum tipis. "Mabuk lo?"

"Gak," jawab Xavier untuk kedua kalinya.

"Mabok cinta maksudnya, kok bisa senyam-senyum kek orang gila gitu?" Sindir Alden membuat Xavier menatap tajam, adiknya itu sepertinya harus dipasangkan rem di mulutnya.

"Gak," ulang Xavier membuat jengah Alden.

"Bilang aja kalau lagi suka sama orang, gak usah sok gengsi gitu. Gue mau bagi tips deketin cewek kalau lo butuh," tawar Alden tapi Xavier tidak sedang ingin mendaki cewek manapun.

"Ada perlu apa?" Tanya Xavier mengganti topik pembahasan.

Mengingat tujuan utamanya kesini, Alden menatap kakaknya itu serius. "Pinjem motor lo lagi boleh?"

"Motor lo mana?"

"Bengkel, bang. Gue ada janji sama anak geng, please pinjemin ya?" Mohon Alden dengan mengerjap-ngerjapkan matanya sok imut.

Xavier mendengus tapi tak ayal melemparkan kunci motor ke arah Alden. "Isi bensin nya," ucap Xavier dibalas senyuman bahagia Alden, dia mengangguk semangat dan berlalu dari kamar Xavier.

"PINTU!" Teriak Xavier ketika Alden hanya berlalu tanpa menutup pintu.

Alden tersenyum pepso*rent -nyengir- kepada Xavier, dia meminta maaf lalu menutup pintu Xavier dengan cukup keras. Xavier hanya bisa memejamkan mata untuk meredam amarah akibat ulah adiknya itu.

"Ga ada akhlak," desisnya menyalakan komputernya untuk bermain game online bersama anggota inti Black Diamond.

***

Adya mendengus sebab sejak tadi di rusuh oleh Viola, Viola mengajaknya untuk melihat pertandingan basket antara Arion dan Ryan, tapi Adya kekeh ingin langsung pulang ke rumah.

"Adya!! Bentar aja," rengek Viola tapi tidak dijawab oleh Adya.

"Ayo ih, kita dukung Arion biar si Ryan kampret kalah," bujuknya lagi.

Adya menatap Viola bingung, dia bertanya, "Kalau Ryan menang ada masalah?"

"Ya lah! Gue taruhan sama dia, kalau Arion menang dia traktir anak The Alfa malam ini, tapi kalau dia yang menang gue wajib traktir dia sebulan penuh. Jarang-jarang tu Ryan mau traktir, jadi lo ikut nonton temenin gue," jelas Viola, Adya yang merasa tidak ada ruginya untuk menonton akhirnya bersedia, dia juga ingat bahwa hari ini dia tidak memiliki jadwal apapun.

Mereka bergegas ke tribun untuk menonton pertandingan basket antara Arion dan Ryan. Walau Ryan tidak pernah memenangkan pertandingan basket dan lebih sering ikut olimpiade, tapi Ryan memiliki skill hampir menyamai Arion.

Di tribun riuh dari para fans pemain terdengar memekakkan telinga, Adya menatap pertandingan yang sedang berlangsung di lapangan.

'ARION PASTI BISA!!'

'RYAN! KALAU LU MENANG FIKS JADI PACAR GUE!'

'XAVIER HAYUK KE KUA'

'ALDEN KALAU PULANG LEWAT MANA? GUE PEN KARUNGIN BIAR BISA DIBAWA KE RUMAH!'

Who is she? [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant