Chapter XIX : Sikap Perhatian

112 21 10
                                    

Jangan lupa vote sama komen 🫂

"Jangan terlalu sering membantuku, aku takut..... takut jatuh dalam pesonamu."

🥀

"No, jangan ganggu aku!" Dengan kesal Brisia menatap adiknya yang bernama Nino.

Nino hanya terkekeh, dia mengacak rambut Brisia membuat Brisia menampar Nino, Ririn yang sejak tadi melihat kedekatan kedua anaknya ikut tersenyum sampai suara bel mengganggu aktivitas mereka.

"Mas?"

"Om Bram!" Teriak Brisia berlari dan langsung memeluk pria yang dia panggil Om, sedangkan Nino menatap tajam pada orang yang dipanggil kakaknya om.

Ririn menyuruh Brisia dan Nino segera masuk kerumah membuat Brisia seketika merengut kesal.

ia melihat Bram yang menatap Brisia dan Nino memasuki rumah lalu mempersilakan Bram untuk duduk.

Mereka berdua duduk di kursi yang ada didepan rumah, Ririn memulai pembicaraan, "Kemarin aku bertemu dengan anakmu, dia terlihat sangat dingin."

Ucapan dari Ririn membuat Bram seketika menatap Ririn kaget. Mengapa Ririn membicarakan tentang anaknya? Bagaimana bisa juga Ririn mengenal anaknya?

"Aku mohon cukup mas, aku merasa bersalah melihat tatapan dia, aku tau kamu masih sering menyakitinya 'kan?"

Tanpa mengatakan apapun Bram berdiri dan langsung pergi membuat Ririn menghela nafas panjang, rasa bersalah memenuhi hatinya hingga tanpa sadar air matanya mulai mengalir di pipinya.

"Bun," panggil Nino, dia memeluk ibunya erat, dia tau apa yang terjadi dan dia benci mengetahui banyak hal. "Maaf, nak, maafin Bunda."

"Itu kesalahan yang gak bisa diperbaiki, tapi aku mohon bunda menghindar dari om Bram," ucap Nino, dia khawatir rahasia mereka akan terbongkar suatu saat nanti bak bom waktu yang ledakannya mungkin akan sangat besar nanti.

🥀

Tatapan Adya menatap tajam pada warung dimana sekali lagi kekasihnya bersama perempuan lain.

Amarahnya memuncak tapi dia hanya diam ditempat, dengan wajah datar dia segera menghubungi Arvian.

Panggilan pertama tidak diterima oleh kekasihnya, panggilan kedua juga sama, perlu lima kali panggilan sampai Arvian mengangkatnya.

"iya, apa Li?" Tanya Arvian dari sebrang sana, dia menjauhi perempuan yang tadi bercanda dengannya.

"Cuman pengen nelpon, salah?"

Arvian menggaruk tengkuknya ketika mendengar pertanyaan Adya yang agak sarkas.

"Gak sih, cuman gue lagi nongkrong ga enak sama yang lain," jawab Arvian.

"Nongkrong? Sama siapa?" Sampai mana lo mau bohong? Pikir Adya, dia meremas handphone yang menempel di telinga.

"Sama temen," jawab Arvian membuat Adya langsung mematikan sambungan telepon mereka, dia menahan diri agar tidak ke warung tersebut dan membuat keributan.

Dengan segera Adya melajukan motornya pada sebuah tempat di mana hanya ada sikap foya-foya di dalamnya.

Adya menyalip mobil ataupun truk tanpa peduli dengan keselamatannya, Ia seolah menyalurkan amarahnya dengan cara itu.

Ditengah perjalannya tiba-tiba ada seekor anjing yang berlari menyebrangi jalan.

Sontak membuat Adya memutar arah stang motornya dan benar saja, kecelakaan tunggal tidak bisa dirinya hindari.

Who is she? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang