4. Bagai Guci

3.4K 274 267
                                    

...
Akankah memori tentang kisah kita bagai hujan yang turun, mengalir dan hanya membekas dalam hitungan jam.
...

Vino mengemudi dengan tenang ditemani lantunan lagu Havana dari Camila Cabello dan rintikan air hujan terus-menerus menerpa kaca depan kemudi. Setelah mengantar Katrina, Vino mempunyai satu tujuan dimana tempat itu sangat dia rindukan dan tidak jauh dari rumahnya. Matanya menatap jalanan dengan pilu, segala beban yang semula lenyap kembali datang membawa memori kelam yang membuat Vino pernah jatuh kedalam jurang kegelapan dan terpuruk.

Roda mobilnya berhenti di halaman rumah bercat putih, Vino tersenyum simpul bagai menahan setiap anak panah tidak kasat mata yang menyergapnya. Tangannya bergetar membuka pintu mobil Lexusnya, dan saat ini kakinya menginjak tanah halaman rumah yang sudah berumur lebih tua dari umurnya. Kakinya melangkah perlahan, Vino merasakan sakit di hatinya seperti goresan yang pernah kering tersiram air cuka. Tangannya mengambil kunci dari saku, lalu pemuda berdarah Kanada itu memutar kunci perlahan. Tangannya meraih handle pintu berwarna putih dan terbuat dari marmer.

Pintu terbuka, menampilkan megahnya rumah itu. Perabotan di dalamnya tertutup kain putih dan berdebu. Kaki Vino yang menginjak dinginnya lantai itu bergetar hebat. Segala kegelapan di balik gemerlap hidupnya sekarang, berhambur bagai gumpalan bulu yang dilemparkan ke arahnya. Cuplikan masa lalu kelam kembali menghantuinya.

...

"Selamat ulang tahun, Sayang," ucap wanita paruh baya menatap Vino yang genap berumur dua belas dengan tatapan penuh kasih sayang, tangan seorang ibu itu membawa roti ulang tahun berukuran sedang, di atas roti itu terdapat angka satu dan dua. Mama Vino terlihat sedang mengandung adiknya, dan usia kandungannya sudah sembilan bulan.

"Iya, terima kasih, Ma."

"Selamat ulang tahun ya Pinoku," ucap kakaknya dengan nada bercanda.

"Iya," jawab Vino kecil ketus.

"Selamat ulang tahun jagoan papa," kata papanya Vino dengan membawa bingkisan berbalut pita hitam.

"Iya, terima kasih pa. Ehm- mama sama kakak gak beri Vino kado?"

"Ini adik kecil yang ada di perut mama akan jadi kado terindah kamu, Sayang. Dan tunggu, kurang satu minggu lagi kamu akan mendapatkan kadonya," ucap mamanya Vino dengan nada lembut.

"Ini kado dari kakak," ujar kakaknya memberikan bingkisan berukuran sedang berbalut pita hitam.

"Eh Den Vino, bibi belum beri Den Vino kado ya... selamat ulang tahun Den," ujar wanita berumur lima tujuh tahun dengan tergesah-gesah, di tangannya terdapat bingkisan kecil.

"Terima kasih Bi Siti."

"Sekali lagi, terima kasih semuanya! Vino sayang kalian!" seru Vino bahagia.

"Sekarang tiup li-"

...

Vino menutup matanya tidak tahan untuk melanjutkan cuplikan masa lalunya yang bagai hologram, begitu nyata.

...

Dor!

Peluru menembus perut mamanya Vino, dua perampok berhasil masuk menghancurkan hari yang harusnya menjadi hari bahagia Vino.

"Mama!"

Wanita yang kerap dipanggil mama itu memegangi perutnya yang terlihat besar dengan raut muka menahan sakit. Tubuh wanita itu perlahan ambruk tidak berdaya, roti ulang tahunnya meninggalkan noda bercampur darah yang terus-menerus mengalir deras dari perut. Selain dari perut wanita itu, ada yang darah keluar mengalir di pahanya tanda bahwa yang berada dalam kandungannya juga dalam bahaya.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang