43. Dengan Bidadari

743 57 9
                                    

...

Ketika jarak antara kita terpaut cukup jauh. Hanya perlu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi ikatan dua hati
...

Aroma maskulin yang berasal dari tubuh Vino seakan memeluk indera penciuman Katrina lagi. Apalagi saat Katrina menyandarkan kepalanya di bahu Vino dan menikmati kehangatannya.

"Masa gue harus tiap waktu bonceng lo?" tanya Vino.

"Kenapa gitu?" Katrina justru balik bertanya karena tak mengerti dengan maksud pertanyaan Vino.

"Biar bisa lo peluk seerat ini." Sudut bibir Vino terangkat samar setelah mengatakan itu.

Katrina terkekeh pelan. "Emang lo mau gue peluk tiap waktu?"

"Ya, kalau bisa. Gue bakal sangat bersyukur."

Kepala Katrina pindah posisi agar sejajar di samping kepala Vino, lalu menumpukan dagunya.

"Gue juga, pengen bisa peluk lo tiap waktu, kalau bisa," ungkap Katrina dengan sudut bibir tertarik membentuk lengkungan manis. Mendengar itu, Vino juga melakukan hal yang sama, yaitu menarik kedua sudut bibirnya.

Selang beberapa menit, barulah Vino menghentikan motor ninjanya di tepi jalan, dekat taman yang biasa mereka kunjungi. Katrina pun menyudahi acara menyandar dan memeluk Vino di atas kuda besi itu, dengan turun dan mendahului Vino menuju bangku taman yang masih sama.

Setelah memarkirkan motornya, barulah Vino berjalan menghampiri Katrina yang duduk bangku taman, lalu duduk di samping Katrina.

"Gak pa-pa kan, kalau gue cuma ajak lo di sini?"

Katrina mengangguk antusias, lalu berseru, "Seneng banget malahan. Kalau lo?"

"Sama."

"Kenapa? Padahal kita kan udah sering ke sini?"

"Kemana pun itu, selama gue sama lo. Gue seneng."

Sudut bibir Katrina terangkat yang sungguh memikat.

"Geseran dong, sampai pojok," pinta Katrina yang hanya dituruti oleh Vino.

Katrina pun mengubah posisi duduknya menjadi berbaring dengan kepala di pangkuan Vino, dan lekukan kaki belakang lutut bertumpu pada lengan kursi taman yang cukup panjang itu.

Indah, satu kata yang dapat Katrina sebut dalam hatinya. Katrina dapat melihat lekukan wajah Vino yang begitu sempurna, berlatar belakang langit malam, meski tak begitu dihiasi oleh bintang karena tertutup awan hitam yang entah datang darimana.

Apalagi ketika Vino menunduk untuk menatap Katrina. Alis yang tebal, mata teduh nan tegas, bibir tipis berbentuk dengan warna merah alami, dan hidung yang mancung sempurna. Tak dapat disangkal lagi, betapa beruntungnya Katrina mendapatkan pemuda seperti Vino.

"Lo gak capek?" tanya Vino mulai dengan raut khawatirnya.

"Tadinya sih iya, tapi... sekarang udah enggak."

"Kenapa?"

"Capek gue hilang, setelah tau bisa ngehabisin waktu malem ini sama Bulan gue."

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang