44. Kepergian

788 58 4
                                    

...
Kau tahu, sepanjang kisahku bersamamu. Yang tersisa adalah asa untuk dapat memperpanjang waktu.
...

Rambut panjang Katrina berayun lepas nan indah karena tak terikat apapun. Gadis bersama mama angkatnya itu menghampiri Vino yang berjarak tinggal beberapa langkah darinya. Sedangkan, pemuda dengan baju lengan panjang berwarna biru laut itu duduk dan berbincang dengan Sandra.

"Pagi Tante," sapa Katrina.

Sandra yang sedari tadi duduk di samping Vino itu langsung berdiri, diikuti anak angkatnya.

"Katri--Viola!"

Viola yang semula di samping Katrina kini mendekati Sandra, seakan teman lama yang kini dipertemukan kembali. Alhasil, Vino menatap mama angkatnya terkejut, begitu pun Katrina.

"Wah... kamu gak beda jauh ya dari dulu, masih cantik aja," puji Viola kepada Sandra yang tersenyum setengah malu.

"Mama kenal Tante Sandra?" tanya Katrina juga mewakilkan pertanyaan Vino.

Viola tersenyum keibuan. "Iya Katrina... Sandra adalah teman Mama dari SMP sampai SMA. Bisa dibilang teman dekat Mama."

"Awalnya teman dekat bisa jadi besanan ini," celetuk Sandra seraya melirik Vino dan Katrina bergantian.

Seketika manik mata Katrina dan Vino membesar bersamaan. Ini sungguh tak terduga. Katrina tak pernah berpikir keluarga mereka bisa semakin dekat seperti ini.

"Tante..." Katrina tersipu.

"Iya San. Tadinya mau ajak keluarga kamu makan malam."

"Boleh Vi, tapi tunggu Vino pulang dulu... kan tujuannya utamanya Vino sama Katrina ya." Sandra dan Viola semakin gencar membuat pipi Katrina merona.

🌌🌌🌌

Telapak tangan halus mengusap batu nisan dengan lembut nan pelan. Di sana tertulis nama Kirana Claudy Martinez. Mata Katrina yang semula berkaca-kaca kini mulai meluncurkan bulir bening.

Memang gadis berdarah Amerika Serikat itu tak pernah menatap wanita yang namanya terukir di batu nisan. Namun, Katrina dapat merasakan gemuruh di dadanya semakin hebat.

"Mama..."

Usapan lembut di pundak Katrina yang berasal dari belakangnya itu seakan mencoba untuk menyalurkan ketegaran.


Tangan Viola mengusap lengan Katrina sebelah kanan, sedang wanita itu berada di sebelah kiri Katrina. Hingga wanita paruh baya itu menarik tubuh Katrina semakin dekat hingga ke rengkuhannya.

"Kirana... Putri-mu adalah gadis yang tulus dan tegar. Maafkan saya jika pernah menyakitinya. Sekarang, saya mengerti apa yang harus saya lakukan. Saya perlu menebus dosa-dosa saya. Saya akan berusaha berikan yang terbaik untuknya," kata Viola begitu tulus. Hingga terlihat matanya yang memerah, karena akan mengeluarkan buliran bening di sana.

Katrina masih mengusap batu nisan itu seraya menatapi, meski pandangannya mulai mengabur. Entah sejak kapan kata andai terbesit di benaknya.

Mama... andai Mama masih ada di sini dengan Katrina. Mama pasti bakal bisa rasain orang-orang terbaik yang rela mencurahkan kasih sayangnya sebagai keluarga, hanya untuk Katrina yang bukan siapa-siapa dari mereka.

Mama juga akan melihat pemuda yang selalu ada di saat Katrina terjebak dalam gelap. Katrina yakin... Mama akan suka dengan dia.

Katrina bercerita diantara gundukan dan batu nisan, seakan-akan ceritanya akan terdengar hingga ke langit dan Kirana akan tersenyum di sana.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang