23. When You Come

1.4K 80 6
                                    

...
Tak ada kata serendipity di antara kisah dua insan yang dipertemukan, karena tanpa takdir yang digariskan Tuhan, kisah itu tak akan terjadi dan terukir menjadi aksara indah.
...

Vino menyadari, bahwa kulit Katrina telah terjamah jahatnya angin malam. Pemuda itu tersenyum sebentar, lalu melepaskan jaket yang dia kenakan dan melekatkannya di tubuh Katrina.

Merasa ada sesuatu yang hangat menyentuh tubuhnya, Katrina menatap pemuda di sampingnya. Kini tubuh Vino hanya ditutupi dengan T-shirt berwarna hitam, yang berhasil menampilkan bentuk tubuh aslinya dan membuat gadis manapun tergoda. Sejak jaket Vino melapisi bajunya, Katrina mencium aroma maskulin khas Vino.

"Makasih." Vino menjawab dengan anggukan lalu tersenyum hangat.

Jujur saja, detak jantung Katrina saat ini seakan gendang yang dipukul tak memiliki ritme. Apalagi saat Katrina dapat melihat Vino dengan kaos oblong, gadis itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, lalu barulah mengatakan terima kasih.

"Kat."

"Hm?"

"Lo lihat itu?" tanya Vino dengan mata yang masih menatap ke atas.

"Kemana?"

"Di sana."

"Ada apa? Gue gak lihat apa-apa." Katrina melihat ke arah yang Vino sorot.

Tak ada jawaban dari Vino, saat itu juga Katrina berniat akan memukul Vino karena telah membodohinya. Baru Katrina memutar pandangannya ke arah Vino, gadis itu dibuat terkejut.

Jarak Vino dengannya sangat dekat, untuk diukur pun hanya manyisahkan beberapa senti. Apalagi kedua mata Vino menatapnya lekat nan teduh, hembusan napasnya pun seolah membaur bersama angin malam yang menerpa wajahnya. Katrina pun menatap sepasang mata tajam nan hangat itu, mencari sesuatu di dalam jurang tergelapnya, entah mencari cahaya yang hilang atau apa?

"Karena lo gak pernah buka mata hati lo, buat melihat diri lo sendiri. Sebenarnya, saat lo lihat ribuan bintang disana, sama aja lo lihat diri lo sendiri di antara mereka. Bahkan lo udah jadi pemimpin mereka, bintang yang paling terang di antara yang lainnya," jawab Vino walau sulit mengungkapkannya. Mendengar jawaban Vino, Katrina langsung tersadar, lalu memutuskan kontak mata itu dan menatap ke bawah.

Saat Katrina menatap ke bawah, buliran bening dari kelopak matanya jatuh tanpa persetujuan. Gadis itu begitu terenyuh dengan kata-kata Vino. Katrina merasa, Vino tak pernah sedikit pun mengungkit kekurangan, yang bahkan lebih banyak daripada kelebihannya.

Dengan secepat kilat, Katrina mengusap air mata yang menutupi kulit mukanya. Kemudian, dia memberanikan diri untuk kembali mengangkat wajahnya. Saat itu, Vino meneliti wajah Katrina, menyadari bahwa gadisnya telah menangis. Air muka Vino langsung berubah seketika, sorot mata kekhawatiran Vino kepada Katrina.

"Lo kenapa nangis?"

Katrina tersenyum, lalu menggeleng pelan. Tak ada yang ingin dia katakan saat ini, bibirnya terlalu bungkam dan lidahnya terlalu kelu. Semakin Katrina mengatakan sesuatu, Katrina takut jika air matanya ikut mengalir bersama ucapannya. Dadanya terlalu sakit untuk menyuarakan isi hatinya, bukan sakit karena Vino menorehkan luka. Namun, sakit karena Tuhan terlalu baik padanya, apa yang Katrina miliki tak sebanding dengan apa yang Katrina dapatkan saat ini.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang