19. Bukan Hal Nyata

1.2K 123 51
                                    

...
Senyumanmu adalah bintang yang tak mengenal siang dan malam, paling bersinar diantara ribuan bintang lainnya.
...

Cakrawala berwarna jingga, bernuansa senja seakan memanggil malam untuk kembali hadir. Reina dan Katrina duduk memandang gumpalan awan menggantung indah, menghias semburat langit jingga.

Reina mengalihkan tatapan ke sepupunya dengan nanar, tubuhnya tak se-segar sebelumnya, bibirnya pucat, namun senyum manis masih terpatri menggoda. Entah ini takdir yang terlalu kejam atau waktu yang terlalu serakah, Reina dapat melihat dengan jelas, Katrina tidak dapat dikatakan baik-baik saja.

"Kat," panggil Reina pelan.

Katrina menghentikan aktivitasnya, aktivitas dimana tangannya menari bersama pena untuk menciptakan aksara di atas lembaran yang sebelumnya putih bersih tanpa noda.

"Apa?"

"Lo gak kangen seseorang?"

Katrina tersenyum, bukannya menjawab pertanyaan Reina, Katrina malah menyodorkan kertas yang terdapat aksara indah.

"Baca."

"Hah? Gue harus banget bacanya ya?" tanya Reina seraya menautkan alisnya.

Katrina mengangguk seraya tersenyum dengan bibir pucatnya membuat Reina menatap dengan sendu, lalu tangannya tergerak untuk menerima.

-Fatamorgana-Ilusi-Siluet-

Seakan fatamorgana yang dari jauh akan tampak, namun semakin mendekat semakin menghilang.
Seakan ilusi yang seperti nyata, namun jika disentuh tak pernah dapat.
Seakan siluet yang selalu ada, namun tak dapat direngkuh.
Entah diri atau hati rapuh ini yang bodoh,
Ingin mengejar apa yang tak pernah ada.
Ingin menggenggam yang tak akan jadi nyata.
Entah ini angkuhnya cinta atau kerasnya jiwa,
Selalu ingin meraih walau yang didapat hanyalah luka.
Entah ini kejamnya takdir atau serakahnya waktu,
Tak memberi celah untuk meraih walau sedikit.
Entah sampai kapan cinta, takdir, dan waktu mengikis jiwa.
Membunuh rasa yang seharusnya telah lama layu.
Namun, kini diri ini sadar.
Kau hanyalah fatamorgana, ilusi, siluet.
Bukanlah hal nyata.
Hanyalah bayangan semu penggoda hati.
Jiwa dan rasa kulepaskan sudah.
Menguap menjadi asap putih.

Reina membaca dengan pelan, menyerap setiap kata walau tak mudah. Setelah membaca tulisan tangan Katrina yang terlihat apik dan manis, Reina merasa terguncang. Seolah dirinya terserap ke dalam aksara itu.

Gak, Katrina gak boleh dengan gampangnya lepasin Vino? Terus enak dong Viona, embat gitu aja. Gue gak rela lah, meskipun cewek licik itu sepupu gue, tetep aja tuh cewek licik. Misi gue buat menyatukan Vino sama Katrina, GAGAL TOTAL DONG! OH MAI GOSHHH!

"Kat, maksud lo--- lo move on dari Vino untuk Viona?" tanya Reina tak percaya. Katrina mengangguk lalu tersenyum.

"GAK BOLEH KAT!"

Katrina tersentak karena suara Reina yang tiba-tiba meninggi.

"Kenapa?"

"POKOKNYA GAK BOLEH! Berjuang dikit napa Kat!"

"Gue capek Rein."

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang