32. Kisah Lama

993 101 55
                                    

...
Seseorang tak dapat menilai insan lain hanya dengan satu peristiwa. Pada nyatanya, insan itu pernah mengalami banyak peristiwa dalam hidupnya. Walau begitu, tak dapat dinilai, karena dibalik setiap peristiwa itu juga memiliki kisah yang sebenarnya.
...

Gadis bergaun abu-abu selutut melangkahkan kakinya di taman. Binar matanya terlihat sangat bahagia dan senyumnya terukir selalu sehingga menambah kesan cantik. Gadis itu Katrina, rambutnya terurai panjang menghiasi punggung.

Pandangan Katrina menyapu sekitar, mencari seseorang yang telah mengajaknya bertemu di sini. Hingga pandangan Katrina tertuju pada pemuda yang mengenakan kemeja hitam. Rambutnya yang tertata rapi menambah kadar ketampanannya. Apalagi kedua tangannya dimasukkan ke saku celana membuat kesan cool tercetak sempurna. Senyumnya terulas dan sorot mata tegas itu seolah mengajak Katrina untuk mendekat padanya.

Kaki Katrina pun melangkah menghampiri Vino. Dengan melangkah pelan seiring detak jantung Katrina semakin tak ber-ritme. Entahlah, sebuah kebahagiaan yang meletup-letup di hati gadis itu.

Langkah Katrina terhenti saat menyadari bahwa tatapan Vino tak tertuju padanya. Katrina mencoba melihat ke belakang. Katrina mendapati gadis cantik yang mengenakan gaun di atas lutut berwarna merah itu tersenyum juga ke arah Vino, membuat sesuatu di dalam dada Katrina seolah bergejolak hebat. Katrina pun kembali melihat ke arah Vino untuk memastikannya.

Tak lama, gadis dengan rambut digulung dan menyisahkan beberapa helai untuk menghiasi wajahnya itu berjalan ke arah Vino, Vino pun semakin melebarkan senyumannya seolah menyambut hangat gadis itu. Hingga gadis itu berjalan melewati Katrina yang terdiam, tatapan Vino masih mengikuti gerak tubuh gadis bergaun merah itu.

Dunia seakan terhenti, jarum jam yang menunjukkan detik yang berjalan pun seakan terhenti, saat Katrina dapat menangkap dengan mata kepalanya sendiri bila Vino menarik gadis itu dalam dekapannya. Mereka berdua seakan tak menganggap Katrina berdiri di sana, dengan titik-titik air yang telah berlinang membasahi pipi mulusnya.

Bibir Katrina bergemetar, saat matanya yang memerah dan berair melihat Vino yang tak kunjung melepaskan gadis bergaun merah itu, justru semakin mempererat dekapan itu. Hingga tatapan Vino tertuju pada Katrina yang telah menangis dalam diam, tetapi Vino tak bereaksi apapun. Vino tetap mendekap gadis itu yang tengah menikmati kehangatan dalam dekapannya.

Awan gelap penuh kebencian pun menggantung di atas langit, gemuruh langit seolah berteriak bersahutan. Alhasil, beban alam yang sedang sembilu itu pun jatuh bersamaan, setelah itu, cahaya kilat yang menyakitkan mata seolah menunjukkan bahwa alam pun turut marah dan kecewa. Hingga saat itu, kedua orang di hadapan Katrina, masih tak menguraikan pelukannya. Walau rintik air mulai membasahi mereka, termasuk Katrina yang kini berdiri sendiri, dipeluk angin yang mengigit tulang dan menusuk pori-porinya.

Berselang beberapa detik, Vino pun menguraikan pelukannya dari gadis itu. Gadis itu pun tersenyum ke arah Vino.

Katrina tak menyangka, jika Vino seolah tega menerbangkannya tinggi-tinggi lalu menjatuhkannya di sebuah jurang yang penuh semak belukar dan kaktus yang siap mencabik tubuhnya. Seolah seluruh janji dan kata manis Vino meluruh terkena air hujan, melesap tak tersisa.

Kini, rintik hujan seakan dapat membasahi dan menusuk hati lemahku. Kala segala kata manismu hanyalah hasil dari sebuah lidah dustamu.

Sungguh Katrina merutuki dirinya sendiri, kesal, mengapa tubuhnya tak ingin pergi saat hatinya bagai terkoyak habis karena kejamnya cinta. Mata Katrina pun tak dapat lepas dari gadis yang tengah melingkarkan tangannya di leher Vino dan Vino pun melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu. Apalagi mereka bertatap-tatapan, seolah mereka tak menyakiti Katrina yang mulai duduk terjatuh karena kakinya tak lagi kuat menahan segala beban dan rasa sakitnya.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang