13. Sebuah Rasa

1.2K 123 48
                                    

...
Senyuman adalah cara terbaik untuk memendam, namun itu juga menjadi cara yang bodoh untuk sebuah perasaan.
...

"Katrina!"

Suara berat diikuti deru motor yang semula terdengar samar menjadi jelas membuat Katrina menghentikan langkahnya lalu menghadap ke sumber suara.

Katrina tersenyum melihat pemuda yang duduk di atas motor ninjanya dengan senyum cool.

"Lo kok jalan, bukannya tadi sama Vino?" tanya pemuda yang mengenakan jaket berwarna hitam.

"Eng- tadi Vino sama Kak Viona."

Wajah pemuda itu berubah seketika, sorot matanya menajam.

"Sebenernya Viona itu kakak lo atau siapa sih? Kenapa dia selalu cari perhatian ke Vino, padahal udah jelas kan kalau lo sama Vino itu... udah deket," decaknya namun pada akhir kalimat, suaranya memudar.

"Gak pa-pa kok Ken, gue juga seneng kalau kakak gue seneng."

Ken tersenyum lalu mengacak rambut Katrina pelan.

"Ken, kok lo lewat sini?"

"Emang jalur gue lewat sini. Lo beneran jalan kaki kan?"

"Ya iyalah, lo pikir gue jalan pake tangan."

Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu tersenyum.

"Yaudah kalau gitu, lo bareng gue aja."

"Hm... okelah."

Katrina naik ke motor ninja yang cukup tinggi itu dan mencoba duduk dengan posisi senyaman mungkin. Katrina memilih untuk menjaga jarak agar Ken tidak salah paham dengannya.

"Ken makasi ya, lo udah baik banget sama gue. Padahal, gue pernah apatis sama lo."

"Gak pa-pa, buat lo apa yang enggak."

"Apaan sih!" pekik Katrina mendengar gombalan basi Ken.

"Hehe, gue juga seneng kok bisa selalu ada buat lo."

🌌🌌🌌

Vino duduk di sofa dengan mata menyapu penjuru rumah Katrina. Katrina tidak terlihat saat itu, Vino berusaha berfikir positif bahwa mungkin Katrina masih di perjalanan dengan Zafran. Sebelumnya, Vino pikir Katrina sudah sampai terlebih dahulu daripada dirinya karena tadi pemuda itu mengendarai motor dengan kecepatan tidak tinggi.

"Vin mau minum apa?" tanya Viona ramah lalu tersenyum.

"Terserah."

"Kok terserah, di rumah gue gak ada minuman terserah Vin."

"Adanya apa?"

"Teh,es jeruk, jus apukat, jus-"

"Air putih."

"Air putih doang?"

"Hm."

Viona menghela nafas, se-perhatian dan se-ramah Vino kepadanya tetap saja ada kebekuan yang masih menyelimuti hati pemuda berdarah Kanada itu.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang