24. Yang Ketiga

1.1K 78 6
                                    

...
Kini kusadar, bahwa hatimu bukanlah kotak cincin yang hanya menyimpan satu cincin berlian untuk disinggahi.
...

Jus alpukat yang sudah menampilkan bercak embun di bagian luar gelasnya, hanya diaduk-aduk sedari tadi. Pemiliknya hanya menatap jusnya dengan tatapan kosong, raganya di sini, tetapi jiwanya entah sudah di langit keberapa. Gadis beriris mata kehijauan itu hanya melamun sedari tadi, gadis yang bernama lengkap Katrina Claudy Altha itu tak memiliki selera lagi untuk menyedot dari pipa putih berdiameter kecil, yang telah menunggu untuk menyalurkan minuman segar. Sesekali Reina mengguncang bahu sepupunya itu, menanyakan apakah sepupunya itu baik-baik saja dan mengapa minumannya tak lekas diminum. Namun, jawabannya masih sama.

"Kat, lo kenapa sih?" Kini Alisha yang ganti bertanya.

"I'm okay. Kalian gak perlu tanya terus-terusan," jelas Katrina tak sepenuhnya jujur.

"Ya gimana kita gak tanya, kalau sikap lo aneh kayak gitu. Lo itu biasanya ceria banget dann------seharusnya lo bahagia karena lo baru aja secara resmi, taken, sama Vino," omel Reina, Alisha, dan Diandra bersamaan.

"Ya... gue udah bahagia kok saat ini dan---"

"Dan itu cara bahagia lo? Gak banget," sela Alisha dengan cepat.

"Oke, terserah kalian mau bilang apa," tegas Katrina lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Alisha dan Reina yang sedang saling menatap, kebingungan dengan sikap Katrina barusan. Sedangkan Fredella, sedari tadi tak mengerti dengan pembicaran ketiga temannya karena terlalu fokus dengan makanannya.

"Katrina ya jangan gitu dong------eh emang ada apa sih?" tanya Fredella dengan polosnya membuat Alisha, Reina, dan Diandra geram.

"Kalau gak tau masalahnya... diem aja deh!" perintah Reina kesal. Dengan tampang tak bersalahnya Fredella kembali melahap makanannya dengan nikmat, seolah tak terjadi apa-apa.

"Btw... KAT! JUS LO GUE MINUM YA, KASIAN TUH NANGIS, SAMPE GELASNYA BASAH!" teriak Fredella lalu menyambar jus alpukat milik Katrina yang belum di minum sama sekali.

🌌🌌🌌

Ruang tes untuk student exchange begitu tenang, semua siswa yang berada di ruangan itu sedang asyik bergulat dengan pikirannya agar mendapatkan jawaban yang tepat, termasuk Katrina, Vino, Reina, dan Rafli. Sebelum itu, mereka sudah memdapatkan pembekalan dari seminar.

Di ruang tes, tak sedikit siswa yang mengandalkan jurus Jerapah a.k.a memanjangkan lehernya untuk memperoleh jawaban. Ada juga yang mengandalkan otak ketiga, selain otak kiri dan kanan, dalam dunia pelajar terdapat otak ketiga a.k.a otak teman, lebih tepatnya berbagi jawaban atau sontekan. Seketat apapun pengawasan, entah mengapa pelajar lebih pintar dalam menyontek daripada menghafalkan. Tidak heran, jika pelajar dengan kapasitas otak yang biasa, berpeluang mendapatkan nilai luar biasa tanpa berpikir keras. Itulah realita anak bangsa.

Selang beberapa jam, seakan udara alami yang menyambut Katrina dari luar adalah terpaan angin surga yang memberi kebebasan untuk menghembuskan napas lega. Semua dapat setuju, bahwa ruang ujian adalah tempat yang paling minim oksigen dan tempat yang terdapat banyak hawa negatif.

"Aduh, gue takut nih!" pekik Reina dengan tiba-tiba seraya menepuk bahu sepupunya dari belakang Katrina.

"Yang penting, udah ngerjain," jawab Katrina santai tanpa beban.

"Nah! Bener banget! Datang, kerjakan, lupakan!" Reina berhasil mencuri perhatian insan yang berada di sekitar mereka.

"Urusan gak lolos, gampang!" seru Reina lagi.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang